zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Apa Standar Blogwalking yang Baik?

Kalo ditanya nih, apa standar blogwalking yang baik, saya masih bingung dan sulit menjelaskan. Soalnya begini, pertama saya ngga suka kata harus dan wajib dan kedua saya ngga tau juga standarnya. Jadi kalau mau kasih batasan yah ngga ngerti juga.

Sehubungan dengan tulisan Mas Anton, ini mungkin jadi tulisan dari perspektif lain dari saya soal standar blogwalking. Saya akan menjabarkan cara saya blogwalking sampai cara saya memandang aktivitas ini sebagai sebuah ritme blogging. Jadi pembahasannya akan sangat personal.

Apa Standar Blogwalking yang Baik?

Cara Blogwalking

Saya mengenal definisi blogwalking sebagai sebuah cara seorang blogger untuk meninggalkan jejak diblog seseorang. Bisa dalam bentuk komentar atau (dulu) klik iklan. Benar, dulu saling klik iklan untuk mendapatkan pundi-pundi dolar adalah hal yang lumrah selain saling meninggalkan komentar.

Saya datang dari era dimana blogwalking tersistem sebagai sebuah kegiatan komen untuk komen. Maksudnya, dulu ada semacam link train dalam satu thread atau pos tertentu. Jadi orang yang mau ikutan blogwalking hari itu, tinggal naroh link dan tugas mereka yah tinggal komen-komenin tulisan yang ditaroh orang lain pada thread tersebut. Dulu sistemnya begitu, saya ngga tau apakah masih ada sampai sekarang.

Tahun 2018-2019, saya mulai vakum nulis blog. Dari yang dulunya sekali seminggu bisa bolos karena malas nulis. Sampai akhirnya pandemi datang, dan aktivitas banyak di rumah, saya memutuskan untuk mengaktifkan blog kembali. Awal-awal nulis narohnya di laman Facebook, kemudian baru berani konsisten lagi setelah dapat respon yang baik.

Setelah bertemu circle baru blogging, saya akhirnya melihat blogwalking tidak lagi seperti dulu. Saya punya nama-nama blogger atua blog yang memang sering saya kunjungi. Bisa karena kenal atau karena hanya saya suka tulisannya. Setiap malam, sebelum tidur, saya selalu punya waktu untuk membaca dua-lima tulisan. 

Makanya jangan heran kalo pada satu malam, teman-teman mendapatkan komentar dari saya, itu tandanya saya lagi siap-siap untuk tidur. 

Pertanyaan selanjutnya adalah, tulisan seperti apa yang layak dikomentari?

Untuk saya, tulisan yang layak dikomentari adalah tulisan yang ingin dikomentari. Kalo kalimat pengantar dari kolom komen bang Yoga,"berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi agar dianggap sudah blogwalking." Saya selalu menghindari hal itu, meski pada akhirnya saya juga ngga selalu bisa terhindar dari hal tersebut.

Setidaknya, sebelum komentar saya bisa yakin bahwa tulisan itu memang ngasih saya perasaan ingin. Kalo pertanyaan bagaimana mencari tulisan yang ingin kita komentari, yah jawabannya bisa macam-macam. Bisa karena relate, bisa karena tertarik, bisa karena gelisah. Tiga hal ini yang paling sering saya jadikan patokan. Kalo tulisannya tidak relate dengan preferensi saya, setidaknya bisa bikin saya tertarik atau paling tidak gelisah dan punya pertanyaan.

Intinya mah fleksibel saja. Saya kadang juga berkomentar hanya karena tulisannya bagus. Terhitung basa-basi, jadinya. Saya cuma pengen bilang bahwa setiap orang punya preferensi dan caranya masing-masing. Menggunakan cara saya sebagai patokan, bukan hal yang tentu benar.

Saya sendiri sering berada pada satu pemikiran bahwa apakah perlu menambah circle teman blogger lagi, mengingat saya sendiri sudah nyaman dan nama-nama blogger yang sering saya baca tidak pernah absen lama untuk update tulisan. Jadi, saya sudah cukup puas dan bacaan dari blogger yang sering saya kunjungi sudah lebih dari cukup.

Kecuali, mungkin, teman-teman itu sudah ngga update lagi, saya akan mulai mencari blogger lain sebagai referensi bacaa.

Memandang Blogwalking

Cara saya memandang blogwalking adalah sebagai tempat silaturahmi sekaligus tempat saya nyari ide tulisan. Jika bukan dari tema atau isi tulisannya, bisa dari diskusi kolom komentarnya.

Jadi saya bisa punya referensi yang kaya tentang sudut pandang seorang Ibu anak dua dari kak Jane yang memandang me time sebagai sebuah privilese. Atau sudut pandang perempuan yang senang biz trip dan jajan tapi mager kalo jalan jauh dari kak Eno. Perempuan yang punya sudut pandang menarik tentang perempuan dan patriarki dari Aina.

Aduh, senang sekali bisa nemu teman-teman dengan sudut pandang yang bikin saya punya referensi yang beragam. 

Makanya, kalo mereka nulis hal yang menarik, saya biasaya membayangkan diri saya membahas atau menulis hal yang sama. Kalo nemu topik menarik, saya biasanya akan catat di memo, kemudian nanti kalo ada waktu dan kesempatan akan saya garap. Ide-ide seperti Perspektif Majemuk, tentu saja lahir dari blogwalking.

Saya membaca ulasan beberapa orang tentang buku yang sama. Kemudian melihat orang membicarakan satu topik dengan sudut pandang yang berbeda. Itu membuat saya berpikir bahwa kayaknya menarik untuk mengangkat satu topik, isu, maupun tema, untuk diobrolkan bersama teman-teman dengan tempat yang saya sediakan khusus dan eksklusif. Ceileh.

Related Posts

18 comments

  1. Bah, gue dibilang mageran hahahaha mas Rahul T.E.G.A (meski betul sik) 🤣 Wk.

    Kalau saya, sebenarnya teman bloggers yang saya kenal nggak banyak, bisa dibilang itu-itu saja, tapi entah kenapa sangat puas dengan pertemanan yang ada 😍 Mungkin karena topik yang teman-teman bloggers tersebut tulis mostly saya bisa relate, dan entah kenapa suka saja dengan semua tulisan yang dibagikan 😆✌

    Jadi kangen mau ikutan ODOP lagi kayak waktu itu, ayo buat dong mas Rahul versi ODOP 2.0 hahahahaha. Seperti yang mas Rahul bilang, satu topik bisa jadi banyak makna, itu yang paling saya suka dari dunia blog dan segala macam aktivitas di dalamnya 🥳

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gimana yah, sepanjang baca tulisan kak Eno soal jalan-jalan kak Eno pasti ngeluh sama Kesayangan. Ha ha ha.

      Bicara soal circle, saya sendiri juga cukup puas dengan apa yang bisa saya baca sekarang. Meski ngga menampik jika suatu saat nanti akan kedatangan teman-teman baru.

      Saya sempat kepikiran nutup tahun ini dengan ODOP lagi. Tapi kalau saya lagi yang inisiasi agak sulit, mesti nyari yang mau dan bisa. Masalah ide dan lain-lain, bisa di diskusiin

      Delete
  2. Ngaku dosa karena jarang blogwalking. ��Tapi biasanya suka ninggalin jejak selama paham topiknya atau punya pengalaman seputar itu. Kalau misalnya tulisannya tentang gembiranya berjibaku dengan IUX dan Ajax tentu saya brain freeze karena ga bisa relate atau bingung.����

    ReplyDelete
    Replies
    1. Blogwalking bagi saya hukumnnya sunnah. Sama seperti kak Phebie, selama ngerti dan punya pertanyaan, pasti saya nyempeting komen. Saya sendiri pernah terjebak dengan link train postingan otomotif. Mesti komen karena wajib, tapi ngga ngerti. Jadi komen seadanya, ditutup dengan pertanyaan basic yang bawaannya basa-basi aja. Ha ha ha

      Delete
  3. Wahh, ada namaku lho disebut, jadi maluuu. Tapi sedikit tersanjung karena ternyata tulisanku memberikan kesan pada Mas Rahul 🙈

    Aku nggak bisa ngomong banyak soal blogwalking, karena hampir mirip dengan Mba Eno teman-teman blogger di circle-ku bisa dibilang itu-itu aja. Jadi baca maupun meninggalkan komentar pada teman-teman itu bukan sesuatu "kewajiban", tapi karena memang ingin ngobrol/diskusi aja 😊 Dan aku pun suka terngiang-ngiang kalimatnya Mas Yoga itu, sebuah prinsip yang sangat bijak, wkwkwk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, saya belajar banyak dari kak Jane soal manajemen waktu. Terutama untuk me time.

      Nah, lebih enak begitu. Baik untuk diri sendiri, maupun empunya blog. Kalo terpaksa komen juga jatuhnya malah seadanya

      Delete
  4. Rahul!! Apa kabarnyaa? Semuanya sehat? :D

    Pendapatku tentang blogwalking juga sepaham dengan Rahul. Waktu awal terjun ke dunia blog kembali, aku belum ngerti gimana cara blogwalking yang cocok untukku, jadi pada saat itu hampir semua tulisan yang aku kunjungi itu aku beri komentar 😂. Tapi setelah dipikir kembali dan kena trigger dari quote di kolom komentar Kak Yoga Akbar itu, aku jadi lebih memilah untuk meninggalkan komentar 😂 karena it's drainning ketika berusaha meninggalkan komentar ketika bertemu dengan tulisan yang kita nggak relate di bidangnya/yang cukup dengan dinikmati aja 😂.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, sehat walafiat. Kak Lia bagaimana? Mudah-mudahan juga demikian.

      Yap, kalo komen ke tulisan yang ngga kita ngerti juga malah akan keliatan ngga ngerti dan terpaksa. Sekalipun nanya, pasti hal basic yang terlihat sangat basa-basi. Jadi, komenlah kalau ingin dan ngerti. Ha ha ha

      Delete
  5. Saya akan blogwalking kalo saya sempat dan saya ingin mengomentari tulisannya. Jujur, saya sempat ingin menghindari yang namanya blogwalking terstruktur alias ya blogwalking yang karena kita setor link dan sifatnya wajib. Karena bagi saya, komentarnya jadi gak tulus karena hanya sebagai kewajiban. Saya pun demikian.

    Makanya saya lebih suka berkomentar ketika saya ingin. Kalo saya sudah baca dan gak ingin komentar, yaudah aja wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, sekarang saya lebih ke arah situ juga kak Tiwi. Dulu, saya juga sempat berada dalam sistem blogwalking seperti itu, tapi semakin lama itu menjadi semakin tidak sehat dan menyenangkan. Jika ada yang memang merasakan kesenangan dari cara tersebut, yah tidak masalah juga. Tapi itulah pendapat saya.

      Delete
  6. Halo Mas Rahul, apa kabar? Lama tidak mampir kesini hhee..

    Aku pun juga kurang paham bagaimana standar yang baik. Terkadang aku mampir ke blog tema--teman, baca tulisan yg ada tapi tidak selalu meninggalkan komen. Karena ada hal-hal yang aku terima dari tulisannya aja tanpa perlu aku kasih komentar tertentu. Aku rasa kalau tiap mampir harus ninggalin komen, nanti malah jadi ga orisinil. Terkesan terpaksa dan pura-pura aja. Namanya blogwalking yaa jalan-jalan antar blog, jadi mampir kesana kesini untuk baca tanpa perlu merasa terbebani untuk komen.

    Sama halnya dengan tulisan sendiri, menulis saja tanpa perlu berharap dapat banyak komen. Kalau nulis untuk dapat banyak komen, isi tulisan jadi serasa di buat-buat 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, kabar baik kak Devina. Kabar kak Devina bagaimana? Saya harap juga demikian.

      Bagi yang merasa nyaman dengan cara tersebut, tidak masalah. Hanya sekarang, energi rasanya lebih baik digunakan untuk hal lain ketimbang harus mengomentari semua tulisan, bahkan pada tulisan yang memang tujuannya hanya untuk dibaca.

      Harusnya memang seperti itu, saya sendiri berusaha untuk lepas dari semua hal itu ketika sedang menulis

      Delete
  7. Halo Mas Rahul, apa kabar? Semoga mas rahul sehat2 selalu yaaa..
    Aku lama ga BW ke sini n k temen2 yg lain, krna bbrapa kesibukan. Seneng rasanya bisa main lg ke sini n baca tulisan mas rahul.. ^^

    Mau ikut komen ah tntng tulisan ini. Aku baru taunya malah akhir2 ini, ternyata ada list BW yg bisa diikutin dan wajib di komenin ya. Selama ini aku selalu mengira komen orang2 itu memang krna mereka memang ingin berkomentar. Aku tdk menganggap salah juga sih orang yg menerapkan itu, mungkin mereka memang membutuhkan itu dlm memonetasi blog nya kan..

    Trus tntng komentar yg basa basi, aku ga tau sih batasan basa basi itu seperti apa. hehehe.. Krna aku pun jg komen kadang ga panjang2, sebatas ngomentarin bbrapa yg menarik perhatian saja. Tp aku ttp seneng meninggalkan komentar krna aku seneng ttp bisa menjalin komunikasi dg temen2 blogger. Mungkin buat yg baca terkesan basabasi, tp aku mengangapkan sbagai sarana untuk tempat saling sapa... Tanpa mengharapkan di kunbal, walau aku ga menapik jg pasti bakal seneng klo temen2 ikut menyapa juga di postingan yg kita bikin kan.. hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, kabar baik kak Thessa. Kak Thessa apa kabar? Saya harap juga demikian.

      Nah, memang tidak ada yang salah kak Thessa. Dulu, saya juga seperti itu karena merasa blog saya sepi. Sekarang mah bukannya bodo amat, tapi energi untuk komen ke semua tulisan yang saya baca itu sudah tidak ada.

      Sama halnya dengan hal diatas, ini juga tidak masalah untuk saya. Penekanan saya pada tulisan diatas adalah tidak ada standar untuk blogwalking. Semua kembali pada preferensi dan pengalaman blogwalking masing-masing. Kebetulan, saya merasa bahwa jika semua tulisan ingin kita komentari, akan terkesan basa-basi.

      Terimakasih sudah memberi argumen yang menarik kak Thessa

      Delete
  8. Samaaa, aku kalau komentar juga kalau lagi ingin berkomentar. Sebisa mungkin menghindari komentar yang hanya "nice info gan". Terus setelah kenal dengan teman-teman blogger yang sekarang, aku jadi ketularan komentar panjang hahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih ada yang komen seperti itu yah, kak Endah? Ha ha ha

      Delete
  9. Astagfirullah, racun banget gagasan si Yoga soal blogwalking karena ingin sampai akhirnya beberapa orang jadi kayak berhati-hati biar enggak basa-basi, padahal saya sendirinya belakangan ini suka bodo amat. XD

    Sebagai orang yang sempat tahu era-era sebagian bloger doyan arisan (tiap minggu atau bulan ada pengocokan siapa bloger yang wajib dikunjungi blognya), saya dulu suka jengkel dan mengejek hal itu, dan mungkin cikal-bakal kenapa kalimat berkomentarlah karena ingin terlahir. Sebab itu jelas ada keterpaksaan kan.

    Memang, itu salah satu cara biar blog kita ramai pengunjung dan komentar, tapi ya saya rasa itu bukan standar saya. Saya pun memilih buat menghindari blog mereka.

    Lagian, saya sempat enggak habis pikir sama orang yang pengin blognya ramai atau gantian dibaca, tapi dia tuh baca tulisan orang lain aja malas atau terpaksa. Dia pakai teknik yang seperti kita tahu, meninggalkan jejak sekadarnya. Saya bukan pembenci komentar singkat, tapi saya bisa menduga perbedaan komentar jenis ini.

    Saya masih ingat banget ketika menulis cerita perjalanan tentang Solo, lalu ada tukang komentar kampret yang justru bahas Jogja dan enggak nyambung pula (kota ini cuma saya sebut sedikit di awal/akhir). Secara enggak langsung kan muncul asumsi bahwa dia cuma baca bagian itunya, bukan keseluruhan teks. Kocak.

    Dulu ada yang lebih ajaib juga, sih. Kenal juga enggak, kok bisa tiba-tiba follow dan langsung mengemis-ngemis komentar atau minta klik link gitu di DM. Sebegitunya amat. Orang mah sebelumnya kenalan dulu, terus interaksi apa kek. Baru deh nanti bisa minta tolong ketika merasa mulai ada kecocokan atau apa gitu.

    Namun, baguslah saya akhir-akhir ini lebih doyan baca aja, terus tutup blognya tanpa menunjukkan diri. Seperti katamu tentang tiga hal, khususnya related, saya jadi komentar lagi kan (ya, gimana enggak relate, namanya disebut). Haha.

    Salah satu keasyikan cuma jadi pembaca yang jarang berkomentar, kita jadi benar-benar tahu siapa aja yang memang tergugah buat mengomentari tulisan dengan tulus.

    ReplyDelete
  10. haiii kakak rahul, gimana kabarnya dan keluarga?
    aku dulu waktu awal-awal ngeblog malah nggak tau istilah blogwalking, malah lebih sering aku sebut saling komen.
    sampai sekian tahun ngeblog, tiap temen-temen komen ke blog aku, aku ga pernah mikir yang gimana-gimana
    terus saking banyaknya bacaan dari blog temen-temen, aku sampai mencoba mengingat siapa aja yang pernah komen "nice info". Mungkin tipe orangnya memang suka komen yang pendek pendek :D

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.