zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Minggu Pagi dan Sebuah Album di Galeri Foto


Minggu pagi alarm hape Syarif berbunyi. Syarif yang merasakan lantunan lagu Di Balik Hari Esok-nya Pee Wee Gaskins segera mengumpulkan nyawa. Dia menarik selimut karena dingin, lalu menutup kepalanya. Seandainya itu hari sekolah, mungkin dia akan melanjutkan tidur. Tapi, ia tahu hari itu hari Minggu, jadi setelah nyawa terkumpul, ia bergegas membasuh muka dengan air lalu membuat air panas.

Jadwal Syarif di hari Minggu ini adalah jogging. Pukul 05:42 saat dia melihat jam dinding sembari menyesap susu dan sepotong roti tawar. Dia keluar ke teras, mengambil sepatu olahraga warna orange yang selalu ia pakai. Karena memang cuma satu.

Syarif melambatkan ikatan, karena berpikir ini terlalu pagi untuk jogging. Lagipula, lapangan berada cuma beberapa puluh meter dari rumahnya. Dia mengeluarkan hape, lalu mengecek galeri. Tidak seperti biasanya, Syarif akhir-akhir ini sering mengecek galeri. Galeri yang selalu berakhir dengan renungan dan rindu yang telah lama.

Dia tahu, setiap jari jemari yang mengarah ke galeri selalu berakhir luka. Tapi, rasa itu selalu saja random. Kadang dia merasa tangannya bergerak sendiri. Dia selalu berpikir, hatinya telah berkonspirasi dengan curang.

Waktu yang salah pagi itu untuk membuka galeri. Akhirnya, album A18 terpampang di layar ponsel Syarif. Dia men-scrool dari foto yang paling bawah. Foto pertama, foto candid seorang perempuan dengan poni dan rambut sebahu. Memakai bandol pink dan cantik. Syarif tersenyum tipis. Perasaan itu kembali lagi.

Foto kedua, fotonya bersama perempuan itu lagi. Dengan gaya melipat kedua tangan dan sedikit menyandarkan kepala ke bahu perempuan itu. Mata Syarif terlihat berair. Entah karena embun atau air mata yang belum jatuh.

Syarif akhirnya sadar, semakin lama ia melihat foto itu. Terjebak di album itu, dia akan semakin hancur. Jatuh ke lubang yang paling dalam. Berakhir dengan menangis di bawah shower.

Dia mengambil earphone, lalu mencolok ke lubang hape dan mulai memutar lagu random. Lagu dimainkan. Tell Me If You Wanna Go Home-nya Keira Knightley.

Ingatan pertama yang dia ingat. Bukan karena lagu itu, tapi karena foto-foto di galeri itu adalah ucapan perempuan yang ada di dalam foto itu. Dia ingat, ketika perempuan itu dengan yakin bilang ke Syarif,"Kamu akan dapat yang lebik dari saya di SMA."

Sekarang, Syarif telah duduk di kelas 3 SMA. Dan waktu SMA akan berakhir dalam hitungan bulan. Sampai sekarang, dia masih menunggu kapan waktu itu tiba. Perempuan yang ada di foto itu telah membuat Syarif hancur batin. Dia tidak lagi bisa jatuh cinta sejak 4 kali hatinya dipatahkan. Syarif masih menunggu waktu-waktu dimana seseorang itu datang.

Syarif sampai di lapangan ketika lagu pertama mencapai dua kali reff. Dia melihat ada dua orang telah berlari. Bapak-bapak dengan pakaian rumah dan tidak memakai alas kaki. Ibu-ibu dengan jaket dan celana ketas ala ibu-ibu pada umumnya.

Lapangan itu berbentuk oval. Di tengahnya terdapat lapangan sepak bola yang mempunyai tiang gawang yang tidak berjaring. Rumput lapangan terasa basah karena embun. Dingin mulai menusuk, menembus kaos Syarif. Dia menginjakkan kaki di pinggir lapangan, tempat orang-orang berlari. Dia melakukan pemanasan ringan sebelum berlari.

Lagu kedua terputar. In The End-nya Linkin Park. Syarif sangat suka lagu-lagu dari Linkin Park dari SD. Tapi, yang Syarif tidak tahu adalah nama-nama personel Linkin Park. Setelah vokalisnya meninggal dengan kabar bunuh diri, dia baru tahu dan merasa gagal sebagai orang yang menyukai lagu dari band yang dia suka.

Lagu yang bagus untuk mengawali lari, pikirnya. Lalu, Syarif mulai berlari.

Syarif berlari kecil, menikmati irama lagu. Lantunan musik memacu adrenalinnya berlari. Syarif mempercepat larinya. Dia sejajar dengan bapak-bapak tanpa alas kaki, dan mulai bergerak maju perlahan menjauh. Lalu di pembelokan selanjutnya, dia melambung ibu-ibu celana ketat.

Di awal dia berlari, reff baru selesai. Dia tahu, ini lumayan cepat untuk ukuran fisiknya. Dia mulai merasa bahwa kalau 1.) lari-lari ini terlalu cepat dan membuatnya capek. Atau 2.) fisiknya yang cemen, atau 3.) musiknya berkonspirasi dengan hatinya.

Syarif berlari kecil merentangkan tangan. Matahari pagi mulai muncul seiring orang-orang berdatangan. Tempat berlari yang tadinya kosong mulai terisi. Syarif belum merasa dirinya capek untuk beristirahat. Dia masih terus berlari, memutari lapangan, diiringi lagu demi lagu. Orang demi orang yang dia sejajari lalu lewati.

Setiap orang yang datang, selalu di perhatikan Syarif. Tidak ada satu perempuan-pun yang nyantol di hatinya. Walau dia juga sadar diri, kalaupun ada, orang itu belum tentu mau sama dia.

Betis mulai terasa capek ketika Syarif memutuskan untuk menepi ke rerumputan. Dia melihat jam tangan, pukul 06:20. Syarif berencana akan pulang jam diatas jam 7. Jadi, dia menepi ke tempat orang-orang bergelantungan. Dia mengambil tempat duduk kosong di pojok. Di sampingnya, dia melihat seorang laki-laki yang dia taksir baru lulus SMA.

Laki-laki itu dengan gigih berlatih. Syarif memperhatikan laki-laki itu yang setelah sit up, lalu bergelantungan sejajar dengan dada. Lalu dengan gaya yang lain, dan di lanjutkan dengan push up. Di sebelahnya, ada seorang bapak-bapak, memakai jaket, dengan celana training. Kelihatan dia sudah selesai berlari dari keringat yang ada di dahinya dan botol minuman yang dia pegang.

"Mau tes kau?" Bapak itu bertanya ke laki-laki yang dari tadi latihan.

Dia berbalik,"Iya om." dengan sedikit menyeringai.

"Fisikmu itu harus kuat dan konsisten." kata Bapak itu.

"Hehehe, iya om.."

"Kamu mau tes apa memang." tanya Bapak itu lagi.

Laki-laki itu berdiri, membenarkan posisi celana,"Tes tentara om."

"Oh.." lalu Bapak itu melihat Syarif dengan tatapan lah-kamu-siapa,"Kalo kamu?"

Syarif melepas earphone di telinga kiri, lalu menjawab,"Tidak om, cuma jogging aja."

"Oh.."

Lalu Syarif kembali berlari untuk menghindari momen canggung itu. Di tengah-tengah dia berlari, dia melihat seorang perempuan berjaket memarkirkan motor. Dia mempercepat larinya agar saat perempuan itu berlari, dia bisa, setidaknya, di dekatnya. Syarif menghiraukan napasnya yang mulai tidak teratur. Dia berlari sambil melihat perempuan itu mengatur earphone. Sesuai rencana, dia berlari tepat di belakang perempuan itu.

Syarif mengatur ritme berlarinya agar tidak mendahului perempuan itu. Dia sesekali menggerutu karena ritme lari perempuan itu yang lambat dan selalu berhenti. Setelah satu putaran dia mengikuti, akhirnya Syarif memutuskan untuk berlari dengan ritmenya. Syarif melewati perempuan itu.

Lagu Pelangi-nya Hivi membuatnya ingin berbalik belakang. Melihat wajah perempuan itu. Seakan film, kepala Syarif saat berbalik arah di iringi lagu bergerak slowmotion. Dia meraba-raba wajah tak asing itu. Dia merasa kenal, lalu dia menangkap memori dalam kepalanya. Kila, adik kelasnya waktu SMP.

Kila tidak melihat Syarif saat Syarif melihat Kila. Syarif yang tahu itu menambah kecepatan larinya, dia tidak mau dibilang sombong karena tidak menegur duluan. Tapi, dia juga ragu untuk menegur duluan. Amannya, dia menunggu untuk di tegur duluan.

Lima kali berputar bersama Kila, tidak ada tegur sapa sedikit pun. Syarif sudah capek, betisnya mulai berdenyut seakan minta istirahat. Teguran yang dia tunggu pupus ketika Kila berhenti berlari. Syarif juga berhenti, kembali ke tempat beristirahat tadi sambil menatap kepergian Kila.

Kila, bukan siapa-siapa bagi Syarif. Dia hanya ingin membuktikan diri kalau dia tidak kagok dengan perempuan setelah insiden bersama perempuan di galeri hapenya. Dia salah, efek dari insiden 2 tahun lalu itu masih berdampak sampai sekarang. Bahkan, perempuan yang dia kenal saja masih ragu untuk di sapanya.

Syarif akhirnya pulang. Berjalan dengan earphone di telinganya. Lagu telah berhenti, dia mematikan tapi earphone masih terpasang di telinganya. Dia berjalan, memikirkan pelarian yang dia lakukan tadi sangat berguna untuk raganya, tapi tidak hatinya. Setelah mengingat lagi perkataan perempuan di galeri itu,"Kamu akan dapat yang lebik dari saya di SMA." Syarif merasa di kutuk. Betisnya mulai menolak untuk berjalan, tapi dia berlari. Dia melepas sepatu, membuka pintu kamar, mengambil selimut yang sudah terlipat, lalu kembali melanjutkan tidur.

Baca cerita pendek lainnya di ampas.coffee

Related Posts

29 comments

  1. Empat hari kemudian, Syarif menulis cerita jogingnya di blog miliknya sendiri

    ReplyDelete
  2. Kalau Syarif ikutan latihan buat tes tentara, mungkin dia juga bisa melupakan wanita itu. Good luck Syarif. Coba alternatif lain buat melupakannya, misalnya ngeblog.

    ReplyDelete
  3. Aku di sini inginkan canda dan tawa. Teriak lepaskan beban terdalam~

    Seharusnya pas jogging dengerin lagu itu juga, sambil teriak gitu wahaha. Siapa tau kan lebih lega dan bisa mikir untuk menghapus foto yang di galeri itu. :)

    Terus gue jadi inget, udah lama gak olahraga di Minggu pagi. Padahal habis Lebaran sempet seminggu rutin tuh. Karena sakit berhenti. :(

    ReplyDelete
  4. Wah kasian Syarif, liat foto teringat, nastalgia dan hatinya terluka. Harus banyak teman di sekelilingnya, biar gak gitu terus. Kalau sendirian lihat foto pasti gitu lagi. Padahal kan hari Minggu itu hari dimana untuk bersantai, selain bersama keluarga bisa bersama teman :)

    Aku sendiri Minggu ini bersepeda bersama sahabat, lebih senang dan segar menikmati udara pagi. Biasanya pulang lari tapi tadi tidak.. Dan pulang ngikutin Syarif, tepar lagi..wkwk

    ReplyDelete
  5. Syarif, sungguh malang nasibmu. gagal moveon bertahun-tahun. Hmm...

    Ini kisah nyata ya bro? Ehe. Semangat aja dah klo emang iya. Ngeblog aja yg sering, bikin karya kek gini. hehe

    ReplyDelete
  6. Sedih juga jadi syarif ya, karena lukanya yang mendalam dia tidak bisa merasakan jatuh cinta lagi, dekat dengan wanita saja masih belum bisa apalagi merasakan jatuh cinta, ya seperti itulah rasanya disakiti dan tidak mau menerima kalau dirinya sudah disakiti...

    ReplyDelete
  7. Ini cerita joging. hmm...

    Syarif berlari, betisnya menolak untuk berjalan, syarif dikutuk, dikutuk menjadi batu, lalu lama kelamaan jadi aspal, mengendap, mengikis bertahun tahun dan terhirup manusia. Jadi ditahun 2096 nanti, manusia kalo ngupil itu upilnya berasal dari syarif yang membatu. Mungkin upilnya bagian lambung syarif atau usus syarif.
    Astaga gue kok bikin cerita sendiri sih

    ReplyDelete
  8. pukpuk untuk syarif.

    gue sempet bingung sama kalimat ini, 'Di sampingnya, dia melihat seorang laki-laki yang dia taksir baru lulus SMA.' Gue kira Syarif naksir sama laki-laki apa gmana! ahaha. taunya maksudnya menaksir, memperkirakan.

    Gue agak gmana gtu yach. Ini cerpen yg serius dan mendalam menyayat hati apa mau dibawa ke komedi dgn memasukan 'mandi dibwah shower.' Cuma itu aja sih. Selebihnya gue suka sama diksinya. Ciao!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Taksir seperti menaksirkan.

      Perenungan yang di balut komedi.. :D

      Delete
  9. sepertinya syarif harus cepat move on deh, kalau gini-gini terus ntar selalu baper kalau lihat wanita lain.

    kalau hari sekolah aja bangun tidur siang, nah giliran libur bangun pagi banget dan semangat jogging, syarif.. syarif sadarlah kau nak.

    ReplyDelete
  10. Sungguh, Syarif lelaki menye-menye yang susah move on. Rusak generasi bangsa! Huahahaha....

    btw, itu kalimat syarif naksir sama laki-laki pas SMA gimana?!!, mohon penjelasannya. Gue jadi Mikir yg aneh-aneh kan. Nuduh syarif homo misalnya.

    ReplyDelete
  11. Sungguh, Syarif lelaki menye-menye yang susah move on. Rusak generasi bangsa! Huahahaha....

    btw, itu kalimat syarif naksir sama laki-laki pas SMA gimana?!!, mohon penjelasannya. Gue jadi Mikir yg aneh-aneh kan. Nuduh syarif homo misalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe..

      Menaksirkan, hmm, banyak yang salah kaprah, nih~

      Delete
  12. Oh syarif, lebih baik engkau ganti playlist di hp mu dengan lagu-lagu metal. Jangan lagu-lagu sedih macam HiVi oh syarif. Jadi ketika berbalik arah melihat wanita, engkau akan moshing bukan slowmotion

    ReplyDelete
  13. Sepertinya Syarif masih perlu belajar menerima dan meyakini. Sabar bro... Semua kisah indah percintaan selalu diawali dari suatu yg menyakitkan...

    Jangan putus asa bro

    ReplyDelete
  14. Luka kayak apa ini sampai syarif goncang dan 2 tahun terlewat pun waktu belum bisa menyembuhkan hatinya? Penasaran sama cerita dibalik guncangnya syarif.
    Sini syarif sama kakak aja biar move on dari si Kila

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kila itu temannya Syarif mba Pipit. Jangan buat Syarif baper lagi, dong~

      Delete
  15. Pembawaan ceritanya bagus Syarif :)
    Eh kalau ingat foto seseorang dan jadi ingat sama dia maupun pesan2nya kok malah jadi galau yak. hahaha harus semangat ya

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.