zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Filosofi Sekretaris Kim

Karena lagi jarang ngeblog, waktu banyak saya gunakan untuk baca buku dan binge watch tontonan yang sudah lama saya tumpuk. Kemarin baru ingat, sudah lama pengen nonton drama korea lagi. Akhirnya, pilihan jatuh pada Whats Wrong With Secretary Kim? (yang selanjutnya akan saya singkat WWWSK).

Filosofi Sekretaris Kim
Setelah jarang nonton lagi, saya akhirnya memecahkan rekor menonton habis drama korea 16 episod itu kurang dari tiga hari saja. Bahkan ada sehari, yang saya habiskan untuk menonton 8 episod saking serunya, saking gabutnya. Kebetulan, beberapa hari ini memang kesehatan sedang tidak baik-baik saja. Mau dibilang penyakit ringan, tapi untuk beraktivitas sangat menganggu. Mau dibilang penyakit berat, gejalanya cuma kayak flu biasa.

Padahal kalau mau dipikir, bulan-bulan sebelumnya, cuaca lebih tidak masuk akal. Kadang paginya hujan, siangnya terik. Atau paginya terik, sorenya hujan. Dengan cuaca yang sebagus ini, saya juga bingung bisa kena flu seperti ini. Setiap naik motor, saya selalu menggunakan jaket yang cukup tebal. Sekalipun tidak pake jaket, dinginnya juga masih biasa saja.

Sudahlah. Mari kita bahas tontonan saya kemarin itu. Kebetulan, isunya cukup menarik. Saya kasih spoiler alert dulu karena akan membahas isi ceritanya.

WWWSK bercerita tentang hubungan seorang atasan dan sekretarisnya. Setelah sembilan tahun kerja, sekretarisnya ini mau resign. Alasan resign-nya karena ingin menjalani kehidupan yang selama sembilan tahun ia gunakan untuk bekerja melunasi utang Ayahnya. Selain itu, salah satu alasan resign-nya juga karena asmara. Sekretaris Kim, ingin mencari pasangan dan menikah.

Setelah menyatakan ingin resign, bosnya, Lee Young-joon, menerima dengan terpaksa. Ia meng-hire sekretaris baru, sementara menghabiskan masa kerjanya, Sekretaris Kim mesti mengajari sekretaris baru untuk menggantikannya.

Hubungan bos dan sekretaris bukanlah hal baru. Pada drama sinetron dan film televisi, tema ini juga cukup sering diangkat. Sama halnya dengan cerita yang sering kita jumpai, Young-joon ternyata menaruh perasaan kepada sekretarisnya itu. Karena punya pribadi yang narsistik dan ego yang tinggi, Young-joon kerapkali memilih untuk menyembunyikan perasaannya.

Kim Mi-so atau Sekretaris Kim datang dari pegawai biasa yang melamar jadi asisten Young-joon. Diantara kandidat yang mempunyai riwayat pendidikan dan pengalaman kerja yang baik, ia yang berhasil diterima. Apakah ini pengaruh orang dalam? Mungkin. Mari kita kilas balik sedikit.

Seperti formula adegan-adegan dramatis, cerita masa lalu adalah kunci dari motif karakter. Ternyata Sekretaris Kim pernah diculik dan disekap sewaktu kecil oleh seorang perempuan yang ditinggalkan oleh suaminya. Pertanyaan besar sepanjang episod, siapa anak laki-laki yang menemaninya sewaktu disekap dulu?

Setelah melakukan kencan buta dengan seorang jurnalis, Sekretaris Kim mengetahui bahwa anak pimpinan tempat kerjanya yang pernah diculik bersamanya. Namun, cerita semakin rumit ketika ternyata bosnya mempunyai kakak yang tiba-tiba datang dari Eropa. Ia merupakan seorang penulis ternama yang tidak mengekspos dirinya.

Kim Mi-so dengan gigih mencari tahu, siapa diantara keduanya yang menjadi pahlawannya sewaktu kecil. Dari cerita yang ia dapat, semua merujuk pada kakak Young-joon, Sung-yeon. Namun, Sung-yeon kehilangan separuh ingatannya soal insiden itu. Keganjalan ini menyelimuti hati Sekretaris Kim. Ia merasa bahwa bosnya yang menjadi pahlawannya dulu, meski itu dibantah mentah-mentah.

Kedekatan Young-joon dan Sekretaris Kim semakin menjadi. Young-joon, yang mempunyai sifat cemburu selalu memergoki Kim Mi-so ketika sedang bertemu dengan kakaknya. Hubungan Young-joon dan kakaknya tidak baik sejak insiden masa kecilnya itu. Keduanya punya ego yang sama kuat. Kim Mi-so jadi sering bersama Sung-yeon untuk menggali ingatan masa kecilnya.

Tak lagi menyembunyikan perasaannya, Young-joon secara terang-terangan menembak Kim Mi-so dan bahkan melamarnya. Namun oleh Kim Mi-so ditolak dengan alasan Young-joon tidak serius. Ia pernah juga hampir dilamar di sebuah restoran dengan persiapan yang matang. Namun Young-joon memergoki Kim Mi-so bertemu dengan Sung-yeon, kakaknya.

Misteri dibuka satu persatu.

Pertama, ternyata yang menemani Kim Mi-so saat disekap sewaktu kecil adalah Young-joon. Kedua, Sung-yeon mengalami kesalahan ingatan karena merasa bersalah meninggalkan adiknya sewaktu kecil. Ketiga, Young-joon menyembunyikan fakta tersebut dengan berpura-pura lupa ingatan. Terlihat sinetron sekali, tapi plantingnya tentu lebih rapi.

Satu hal yang saya kesalkan adalah kurangnya penggalian sub-plot ceritanya. Karakter kadang mucul pada sempilan adegan dan hilang dalam beberapa waktu. Saya pikir, karakter Sung-yeon akan menjadi rival yang berat untuk Young-joon dalam mendapatkan Kim Mi-so seperti Han Ji-pyeong dan Nam Do-san dalam serial Start Up.

Karakter Kim Mi-so mempunyai titik balik ketika memutuskan ingin resign untuk menjalani kehidupan yang ia inginkan. Kita mungkin pernah atau sedang berada dalam fase tersebut. Terjebak dalam satu situasi harus mengambil tanggung jawab yang tidak kita inginkan. Kemudian untuk membayar itu semua, kita berkeinginan untuk menjalani hal yang kita senangi setelahnya.

Dalam episod terakhir, Kim Mi-so batal resign karena merasa yang ia inginkan adalah bekerja sebagai sekretaris. Kebiasaan dari pekerjaan yang tidak ia cita-citakan telah menjadi rutinitas yang rindukan selama masa-masa akan berhenti. Jangan-jangan, sebagai manusia kita juga mesti seperti Kim Mi-so, bekerja saja asal ada duitnya, lama-lama juga betah dan jadi bagian dari hal yang kita sukai.

Tapi tidak sedikit juga yang tidak bisa seperti Kim Mi-so. Bekerja hanya untuk akhir pekan. Kemudian bertahan karena masih membutuhkan uangnya. Dunia memang sekejam itu. Saat menjadi mahasiswa, kita dengan lantangnya berteriak soal passion yang utama. Tapi tidak masalah, menjilat ludah sendiri adalah hal yang tidak buruk, kata Adriano Qalbi. Lagipula, kita mau menjilat ludah siapa?

Alasan lain Kim Mi-so resign juga adalah karena ingin mencari pasangan. Diusianya yang hampir 30, ia cemas dengan hubungannya. Dikelilingi  oleh teman-teman yang sudah menikah, ia merasa harus sudah memikirkan pasangan. Keluar dari satu belenggu (pekerjaan), untuk masuk ke belenggu yang lain (pernikahan). Itu perumpaan orang-orang feminisme. Ha ha ha.

Kim Mi-so berpikir bahwa menikah adalah jalan agar disaat tua dan tidak lagi bekerja, ia tidak sendiri dan punya orang yang menghidupinya. Akhirnya, ia menjalin hubungan dengan bosnya, Young-joon sampai ke jalur pernikahan. Bukan karena masa lalunya sebagai pahlawan, tapi karena perasaan yang timbul setelah bertahun-tahun bersama.

Saya cukup percaya dengan argumen "yang cinta akan kalah dengan yang selalu ada". Apalagi dalam konteks Kim Mi-so, yang hatinya belum diisi oleh siapapun. Ketika Young-joon beraksi untuk masuk ke kehidupan Kim Mi-so, akan jauh lebih mudah mengingat mereka setiap hari bertemu, setiap saat bersama.

Tak heran ada perasaan yang lahir dalam ruang-ruang kelas, les, ataupun KKN. Bagaimanapun juga, itu satu situasi yang perlu dirayakan. Sekalipun tidak berjalan dengan akhir yang bahagia, kita mesti bersyukur pada masa-masa yang pernah ada. Kalau kata Pidi Baiq: "Perpisahan tidak menyedihkan. Yang menyedihkan bila habis itu saling lupa.".

Related Posts

9 comments

  1. Hi Rahul, lama nggak kelihatan akhirnya muncul juga 😁. Semoga cepat sembuh! Lebih baik untuk lebih rajin minum vitamin C dan d3 karena kondisi cuaca yang saat ini sedang kurang baik jadi gampang terserang penyakit.

    Aku termasuk orang yang menikmati drama ini juga 😁 karena ada sedikit balutan komedi di dalamnya, jadi lebih menyenangkan saat menontonnya. Aku nonton drama ini udah agak lama, jadi nggak terlalu ingat betul detil episodenya, tapi garis besar ceritanya masih ingat. Meskipun masalah yang diangkat sepertinya klise tapi pengemasannya menarik ya 😁. Pepatah yang bilang bahwa Yang Cinta Akan Kalah Dengan Yang Selalu Ada itu bisa dibilang 90% benar 🤣 nggak di dunia film, nggak di dunia nyata, biasanya terjadi yang seperti itu wkwk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah saat ini sudah jauh lebih baik. Sudah bisa beraktivitas lagi. Baru muncul dan akan aktif lagi karena baru dapat ritme nulis dan api untuk ngeblog lagi. Ha ha ha.

      Nah, itu dia. Saya kayak nonton Full House tapi versi remake-nya. Kalau Full House majikan-pembantu, WWWSK ini bos-sekretaris. Dinamika antara bawahan sama atasan memang bukan hal yang baru, tapi keduanya masih benar-benar bisa saya nikmati. Sepertinya saya mendapat dukungan argumen dari kak Lia kalau-kalau ada yang menyanggah argumen saya itu. Ha ha ha

      Delete
  2. Aku ga tau detail tntng kdrama ini, tp temen2 aku banyak yg rekomen. Apalagi pas baca mas rahul lngsng bs namatin 16 episod. Brarti emang rekomen nih kayanya.. 😍
    yang cinta akan kalah dengan yang selalu ada, ini iya bgd sih. Apalagi klo Ldr n ga perhatian juga. Yaudah deh babay. Hehehe... Jd klo pun hrs terpaksa Ldr, ttp harus saling perhatian n pengertian. Apalagi di jaman serba teknologi kaya skrng kaan 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan tipe tontonan yang bikin mikir apalagi punya cliffhanger. Tapi kebetulan ceritanya masuk ke saya, karakternya saya suka. Salah satu standar serial tontonan bagus untuk saya kalau saat selesai nonton, saya ngarepin ada season berikutnya. Ha ha ha.

      Nah, saya sudah dapat dua dukungan argumen. Ngga tau juga, tapi hubungan LDR dalam pacaran itu kayak perdebatan dengan diri sendiri. Sudah tau kemungkinannya, tapi masih berusaha untuk menjalani. Macam Doctor Strange yang melihat ada 1 kemungkinan. Ha ha ha

      Delete
  3. Nggak cuma para feminis yang bilang begitu, ada seorang bapak-bapak yang aku follow di Twitter juga punya pemikiran yang sama kalau menikah itu adalah masalah baru, jadi kalau belum siap mending jangan nikah dulu. xD

    Wkwkwkwk bener banget itu yang masalah passion, dunia memang kejam. Life after college is way more stressful. xD Lah jadi curhat.

    Anyway Mas Rahul semoga sehat selalu~~~ lama nggak kelihatan postingannya. :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih doanya kak Endah. Doa yang sama juga untuk kak Endah. Kedepannya, saya akan lebih sering update kayak biasa (mudah-mudahan).

      Wiihh, ngeri! Senior sudah bersabda. Ha ha ha.

      Sebenarnya, jika melihat dari sisi yang lain ada benarnya juga. Tapi pengaruh gelombang SJW bikin argumen-argumen macam itu jadi opini yang seakan-akan mau bikin orang jadi sok keren aja. Ha ha ha.

      Delete
  4. Walah ternyata Mas Rahul lagi nggak enak badan juga. Semoga hari ini sudah enakan ya badannya. Yang penting makan banyak dan sehat, biar tetap fit *emak-emak mode on* 😂

    Saya sempat nonton serial ini juga tapi nggak terlalu enjoy, kisah romance-nya telalu fairy tale 🤣 dan konfliknya menurutku kayak kurang apa yaa.. agak maksa gitu sih. Cuma aku suka cerita pribadinya sekretaris Kim. Menurutku keputusan resign-nya realistis sih meski pas saat dia utarakan keinginannya tsb ke kakaknya malah aku ingin jitak kakaknya aja hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sekarang sudah sehat wal afiat kak Jane. Saya juga berasa lagi diomelin Mama saya. Ha ha ha.

      Entah kenapa, saya malah ngerasa cocok aja. Mungkin masalah selera kali yak. Atau paling tidak karena situasi nontonnya tepat

      Delete
  5. Aku sukaaaaa Ama wwwsk ini :D. Walopun jujurnya, awal2 nonton blm dapet chemistry-nya Hul. Jadi selesai EPs 1 aku agak lama tuh ga nonton, Krn tertarik Ama Drakor lain. Trus coba lagi nonton eps2 selanjutnya. Eh lama2 kliatan menarik, apalagi di beberapa EPs sbnrnya ada yg lucuuu 😄. Mulai dari EPs 11, baru deh aku ngebut dikit.. so far terhibur banget. Lucunya ada, seru juga liat persaingan antar adik Kaka itu.

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.