zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Bertemu Pembaca Sefrekuensi dan Buku yang Bikin Nangis (Bersama Heryani Safitri)

Selamat datang kembali di segmen Persepektif Majemuk bulan Mei. Tak berasa, sudah sampai pada episod 10 segmen Perspektif Majemuk yang sayangnya akan menjadi episod terakhir untuk segmen ini. Kalau mau kilas balik, segmen ini awalnya saya gagas sebagai projek kecil saja, sekalian ngisi waktu saya. Kebetulan juga waktu itu, saya belum pernah kolaborasi sama teman-teman blogger.

Lahirlah Perspektif Majemuk.

Untuk episod terakhir ini, akan diisi oleh kak Heryani Safitri atau yang biasa akrab dikenal dengan kak Eya. Salah satu blogger favorit saya juga, sering ngebahas Jejepangan yang bikin saya betah baca saking serunya tulisan kak Eya. Diblognya juga, saya banyak dapat rekomendasi anime dan dorama yang belum pernah saya dengar sebelumnya.

Bertemu Pembaca Sefrekuensi dan Buku yang Bikin Nangis  (Bersama Heryani Safitri)
Ohya, pemenang tebak-tebakan kolaborator kemarin jatuh kepada Mas Bayu. Keren juga bisa nebak. Ha ha ha. Padahal clue kemarin itu cenderung agak sulit dan terlalu luas menurut saya. Untuk Mas Bayu, mungkin bisa ngasih alasan kenapa milih kak Eya. Saya penasaran.

Kembali ke topik utama. Seperti biasa, kolom biru adalah jawaban saya dan kolom merah adalah kak Eya. 

Apa buku pertama yang kamu baca dan membuat kamu jadi suka baca? 

Pertanyaan ini agak mirip dengan pertanyaan Perspektif Majemuk bersama kak Tika. Tapi akan saya jawab kembali bahwa buku pertama yang bikin saya suka baca itu adalah buku komik dua ribuan yang saya beli di depan sekolah jaman SD. Terus kalau benar-benar suka baca dan rajin ke toko buku, itu gara-gara kesenengan baca buku Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.

Doraemon Petualangan, kalau enggak salah yang Nobita di Planet Binatang. Bukunya dulu dikasih sama Tante sekitaran kelas 2 atau 3 SD, dan dari sini lah menemukan yang namanya membaca itu menyenangkan, jadi dari Doraemon Petualangan jadi suka baca komik terus merambah ke Lima Sekawan dan Goosebumps ke novel-novel lainnya. 

Pernah menangis saat membaca buku? Buku apa dan hal apa yang bikin nangis? 

Saya ngga ingat pernah menangis karena sebuah buku. Jadi, untuk memperjelasnya, saya akan melihat dan mengingat judul-judul buku yang saya punya. Dan jawabannya, tidak ada. Seingat saya. Tapi kalau pertanyaannya sedikit diubah menjadi "pernahkah sebuah buku mengubah perasaan saya?". Jawabannya, pernah.

Saya sering merasa kosong setelah membaca sebuah buku, atau bahkan sebuah kalimat. Ada dua judul yang masih saya ingat yang membekas dan membuat perasaan saya kosong setelah beberapa hari membacanya. Buku itu adalah Paper Town karya John Green dan Dilan 1991 karya Pidi Baiq. Sabtu Bersama Bapak karya Adhitya Mulya juga salah satu yang cukup membekas. Bacalah.

Sering sebenarnya, soalnya aku tipe orang yang gampang nangis kalau baca/nonton, baperan anaknya wkwk. Tapi paling berkesan waktu SMA baca novel teenlit Dua Pasang Mata. Sebelumnya baca teenlit enggak pernah nangis, tapi baca Dua Pasang Mata ini dari pertengahan ke akhir nangis enggak bisa berhenti. Kalau dipikir-pikir ceritanya mirip dengan drama Korea yang juga keluar dekat-dekat itu, Stairway To Heaven. 

Beberapa orang kadang ada yang suka/tanpa sadar men-judge bacaan orang lain. Misalnya bacaanmu komik dan dianggap terlalu remeh, atau bacaanmu bertema berat dan kamu dianggap sok intelek. Bagaimana kamu menyikapi hal seperti itu? 

Saya pernah dapat pertanyaan yang sama dalam Perspektif Majemuk bersama kak Reka. Jawabans saya sampai saat ini masih sama. Santai aja. Kalau saya berada dalam posisi orang yang diremehkan karena jenis bacaan yang saya baca, yah saya masih bisa santai. Saya termasuk orang yang cukup santai dengan hal tersebut.

Tapi kalau ditanya, apakah saya tergolong orang demikian. Tentu tidak. Saya kasih konteks. Ketika saya bingung kenapa orang bisa dengan asik membaca fan fiction, saya mempunyai dua pilihan. Pertama, saya mencari tahu letak serunya. Kedua, saya menikmati bacaan yang saya punya. Opsi yang kedua adalah prioritas.

Tanpa meremehkan penggemar fan fiction, saya jelas belum menemukan letak serunya. Lebih tepatnya belum mencari tahu. Tapi, apakah selama ini saya pernah membicarakan hal tersebut? Poinnya disitu.

Jujur aja, aku kadang masih baperan banget soal ini. Dibilang baca komik remeh banget, langsung kepikiran semaleman, dibilang sok intelek karena baca bukunya Soe Hok Gie, langsung enggak mau bawa bukunya lagi ke tempat umum. Sekarang lagi berusaha untuk bodo amat, karena bacaan itu sama aja kayak film, preferensi dan selera orang beda-beda. Ada yang baca untuk hiburan, ada juga yang baca karena cari ilmu, dua-duanya sah aja, harusnya enggak ada yang lebih superior dari satu sama lain. 

Buku apa yang kamu baca dan sampai mempengaruhi keseharianmu? (Misalnya mempengaruhi pola pikir atau hanya sekedar penampilan.) 

Pertanyaan yang menarik. Saya tidak pernah berpikir untuk mendapatkan pengaruh setelah membaca buku. Namun, kadangkala saya suka dengan satu buku dan hal itu mengendap jadi kebiasaan. Misalnya, gara-gara dulu keranjingan baca buku Pidi Baiq, sampai sekarang saya mempunyai pola pikir bahwa yang mempunyai kendali atas kepala dan hati adalah diri saya sendiri.

Atau yang paling lawas, ketika baca buku-buku Raditya Dika jaman SMP, saya mulai sering nulis diblog dan ke sekolah pake sweater yang ngga dikancing ala Raditya Dika. Intinya mah, kalau penampilan itu kadang euforia yang sesaat. Kalau pola pikir, kadang membekasnya cukup lama dan bisa jadi prinsip untuk bersikap.

Kalau secara hal receh aku jawab Slam Dunk, karena dari Slam Dunk jadi suka banget hal-hal berbau basket, bahkan punya crush aja anak basket. Tapi kalau mau ngomong agak serius, mungkin Pulang dari Leila S. Chudori dan dilanjut sama Catatan Seorang Demonstran dari Soe Hok Gie (belum tamat bacanya) yang membuka mata dan pikiranku akan beberapa tragedi yang pernah terjadi di Indonesia dan sekaligus membuka pikiranku tentang orang-orang di atas sana. Baca kedua buku itu pas lagi hangat-hangatnya isu politik, lagi suka-sukanya sama beberapa tokoh politik juga, terus seolah disadarkan kalau sebaiknya kita jangan pernah mengidolakan politician karena kita pasti akan dikecewakan. 

Kamu merasa senang ga, kalau ketemu orang yang punya ketertarikan bacaan sama dengan kamu? 

Suka ngga suka. Kadang kalau ketemu yang asik, bisa ngobrol panjang lebar. Tapi kalau nemu yang baru senang baca kemarin, kadang semuanya pengen dikeluarin. Ngga masalah, tapi sayanya kadang suka risih. Ini ngobrol atau mau mendengarkan beliau pamer wawasan. Ha ha ha. Saya senangnya sharing session. Dia punya pandangan, saya juga kasih pandangan. Mau ketemu ditengah atau tidak, itu urusan belakangan.

Sebenernya senang. Tapi aku bukan tipe orang yang bisa approach orang baru walaupun udah kelihatan jelas menyukai hal yang sama. Jadi kalau enggak disamperin duluan, biasanya aku cuma diam dan merasa senang dalam hati hahaha aneh sih tapi sampai sekarang pun masih bingung gimana caranya ngajak ngobrol orang lain yang punya kesukaan sama, karena takut enggak ditanggapin wkwk.


Lima judul buku favorit pilihan kak Eya yang mungkin bisa jadi rekomendasi bacaan.

Bertemu Pembaca Sefrekuensi dan Buku yang Bikin Nangis  (Bersama Heryani Safitri)
Heroes of Olynpus: House of Hades by Rick Riordan
Pulang by Leila S. Chudori
Haikyuu!! by Furudate Haruichi
The Perks of Being A Wallflower by Stephen Chbosky
Yotsuba&! by Kiyohiko Azuma

Sudah sampai dipenghujung segmen. Terimakasih untuk yang sudah mengikuti segmen Perspektif Majemuk sampai saat ini. Saya belum ada rencana melanjutkan, tapi kalau ada saran dan masukan sangat saya tunggu. Terimakasih untuk semua kolaborator yang sudah mengisi segmen ini. Kalian semua keren. Sampai berjumpa di season 2 (kalau ada).

Related Posts

19 comments

  1. Harus ada dong season 2nya...? Hahaha who is with me??? 😂 *maksa yeee

    Aku pun nggak tau Rahul.. wkwkw. Tetiba kemarin Pop Out aja di kepala kalau Volley Girl itu Mba Eya,, hahaha. Entah kenapa pas mikir volley ball. Di kepala langsung “ding” Jepang, manga.. terus kepikiran sama tokoh Sakurai di tim Permainan bola kecil.. lupa namanya.

    Jadi langsung nyeletuk Mba Eya. Wkwkw 😂😂 ehh nggak nyangka benar.. terimakasih banyak ya..

    Btw, aku juga suka komik.. dan dipandang remeh juga sering. Dulu baper dan nggak terima. Tapi skrang sudah lebih jojong aja.. kan perihal baca semua orang punya standar sukanya masing2. Kenapa orang lain harus berkomentar... dan kenapa pula aku harus nanggepin.. skrang gtu sih mikirnya.. 🤣

    Sekali lagi makasih ya Rahull.. hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekalipun nanti ada, mungkin ngga akan dalam waktu dekat dulu. Saya mau coba buat yang lain dulu.

      Bisa gitu yah. Ha ha ha. Sayapun ngga akan kepikiran clue ini bisa ketebak dengan mudah. Seharusnya saya yang terimakasih, mas Bayu sudah ikut ngeramein segmen ini.

      Ngga perlu baper juga. Selagi ngga ganggu aktivitas baca kita yah ngga usah ditanggapi

      Delete
  2. Wah udah episode terakhir aja. Sebagai penikmat fanfiction, menurutku letak keseruannya ada di ngebayangin idol yang aku suka melakukan hal yang diceritakan di dalam fanfiction itu hahaha. Ini karena bias aja jadi asik bacanya.

    Hadeeeuh netijen tuh suka ribet sendiri emang ngurusin selera baca orang lain. Kalau nggak dikasih tau kak Eya dulu kalau pembaca komik itu digolongkan ke dalam pembaca receh, aku nggak akan tau😂😂😂 bomat sih kalau aku hahaha suka-suka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh gitu yah kak Endah. Soalnya saya ngga gitu ngerti konsep fan fiction selain ngebuat alternatif cerita dari drakor yang sudah ada.

      Benar kak Endah, ngga usah terlalu dipedulikan. Selagi ngga ganggu aktivitas baca, yah lanjut aja

      Delete
  3. Selamat buat Mas Bayu yang berhasil menebak ahaha... Aku sendiri kaget karena Rahul pakai clue volley girl wkwk, kayaknya karena aku suka Haikyuu yaa 😂

    Seperti biasa, baca Perspektif Majemuk itu menarik karena kayak dengerin dua orang ngobrolin sesuatu dari sudut pandang masing-masing. Dan ternyata baca Perspektif Majemuk yang narasumbernya kita sendiri malah bikin merasa lagi ngobrol langsung sama Rahul 😆 Makasih banget Rahul udah ngajakin kolab, semoga bisa ada season kedua untuk Perspektif Majemuk yaa karena menarik banget topik-topiknya 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, kalo saya sendiri pake clue karena memang taunya kak Eya suka sama anime Haikyu. Bisa gitu yah? Ha ha ha.

      Terimakasih sudah ngikutin Perspektif Majemuk sampai episod ini kak Eya. Saya sih maunya begitu, mudah-mudahan tercapai. Aamiin

      Delete
  4. Hul...bagian mana yang bikin kamu menangis saat baca buku paper towns?

    Kak Eya...Slam dunk gak receh kok hahaha. Untuk poin ketiga, aku setuju dengan kalian berdua. Ada saatnya kita perlu menahan hanya karena kita “gak suka” terhadap sesuatu tanpa perlu meremehkannya😓

    Anyway,gak terasa ya Rahul sudah sampai di episode terakhir perspektif majemuk. Thankyou ya Rahul sudah mengadakan kolaborasi yang informatif seperti ini! Next.. ada rencana buat season 2 kah atau mau coba pake topik yang berbeda? 👀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pas Quentin tau bahwa selama ini Margo itu ngga suka sama dia, tapi Quenting saja yang salah mengartikan Margo yang punya jiwa adventure itu. Sebenarnya, saya pertama kali nonton filmnya pas SMA. Terus kebayang adegan itu, pake backsound I Love But I'm Letting Go milik Pamungkas.

      Iya, kalo ngga ngerti setidaknya ngga usah diomongin dan dibahas. Itu sama aja kita bingung apa enaknya durian, tapi karena ngga suka baunya bilang rasanya ngga enak.

      Saya punya banyak rencana kak Reka. Salah duanya seperti yang kak Reka sebutkan. Tapi kayaknya tidak dalam waktu dekat ini

      Delete
  5. Hai Rahul, apa kabarnya? Mohon maaf lahir dan batin dulu 🙏🏻 kalau ada hal yang kurang berkenan, mohon dimaafkan ya 🙏🏻

    Akupun kepikiran clue episode lalu itu Kak Eya. Mungkin karena Kak Eya pernah bahas soal manga berbau olahraga kali ya? Makanya pas lihat gambar clue episode lalu, langsung mikirnya Kak Eya wkwkw tapi aku lupa mau komentar dong, jadi nggak kejawab deh 🤣

    Nggak kerasa udah 10 eps aja Perspektif Majemuk ini 😱 selamat Rahul atas segmen ini 🥳 dan semoga ada seasons 2 nya karena aku suka dengan segmen ini 🤭.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaf lahir batin juga kak Lia. Baru sempat balas komentar. Ha ha ha.

      Sayang sekali, padahal kalo kak Lia jawab bisa ada peluang menang mengingat saya nentuin bukan siapa yang cepat jawab.

      Terimakasih juga untuk kak Lia yang sudah setia baca segmen ini sampai episod terakhir

      Delete
  6. horayyyy selamat kaka bayu, aku jawab apa ya waktu itu...
    baideweiii, kaka rahul, maaf lahir batin ya, lebaran makan banyak kan kemarin :D

    aku mau nimbrung bentar ahh, buku yang bikin aku nangis, tentu saja Van Orange dan laskar pelangi aku rasa.
    ada lagi satu buku novel, aku lupa judulnya, ntar kalau ketemu di lemariku aku ceritain deh hahaha, ini buku sampe bikin mata sembab dan sampe bikin aku pengen ke lokasi setting ceritanya di pulau buru

    sampe segitunya merasuk ceritanya ke otakku hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf lahir batin juga kak Ainun. Oh, yang Van Oranye itu yang ada filmnya kah? Setau saya yang main Abimana.

      Bagi beberapa orang, mungkin bacaan kita sedihnya ngga seberapa. Tapi karena punya ikatan, biasanya hal itu yang bikin kita punya kedekatan emosi dengan suatu karya

      Delete
    2. nahh iya Abimana yang main, tapi aku belum nontonin :D

      Delete
  7. Tentang serunya fanfiction, mungkin karena bisa tahu hal baru kali ya. Mengingat fanfiction itu cenderung bebas. Sekarang aku jarang baca fanfiction, sih.

    Omong-omong, karena Rahul menyebut fanfiction, aku jadi baca-baca postingan Tumblr yang awalnya mempertanyakan disclaimer di fanfiction dan akhirnya jadi membahas pengarang yang menentang fanfiction. Belakangan aku juga jadi baca drama di fandom fanfiction, salah satunya dari orang yang sangat berpengaruh di fandom fanfiction. Dramanya sudah berlalu, kok.

    Menarik sih, bisa membaca jawaban dari dua orang untuk suatu pertanyaan. Ditunggu season 2 dari Perspektif Majemuk, kalau memang ada.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dapat perspektif lagi nih. Kayaknya perlu ngobrol banyak dengan teman-teman yang senang fan fiction.

      Senang sekali mendengarnya kak Sella. Saya sendiri belum punya ketertarikan baca fan fic, masih nyari teman dulu untuk ngobrol dan bisa ngeracunin saya.

      Saya sih harapnya begitu kak Sella. Meski tidak dalam waktu dekat

      Delete
  8. Liat referensi buku Eya, aku jadi pengen baca Pulang nya Leila S Chudori:D.

    Duuuuuh kalo ada orang yang sampe meremehkan bacaan orang lain, jujur yg begitu bakal aku jauhin sih. Tipe orang yg ga bisa menghormati pilihan orang lain. Dijamin dia cuma mau didengarkan, tapi ga mau mendengar.

    Sama rul, aku juga belum mudeng kalo fan fiction. Feel-nya ga dapet :D. Genre fav ku masih ttg thriller, misteri, atau klasik. Aku baca semua genre, tapi kalo udh ga suka dengan 1 tema, biasanya jadi males mau baca buku bertema sama :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga sudah lama tertarik dengan buku itu kak Fanny. Setelah baca Laut Bercerita, saya jadi jatuh cinta dengan tulisan Leila Chudori.

      Tidak bisa menikmati bukan berarti tidak suka. Saya sendiri masih membuka ruang itu kak Fanny. Siapa tau nanti bisa ngerti dan tau-tau malah suka

      Delete
  9. Wuaa selalu seru2 baca perpektif majemuk ini. Aku sempat bingung td siapa yg dimaksud pas liat judulnya, baru ngeh aku klo itu nama panjang Mba Eya. Hehehe 😁😆
    Mau ikut jawab ah, aku punya satu buku yg mempengaruhi hidup bgd. Judulny the secret, bisa dibilang ini buku pertama yg ngenalin aku tntng positif thinking. Skrng klo aku lg pengen sesuatu, aku sama suami suka kompakan 'yuk kita the secret dulu, kita bayangin, suatu saat pasti akan tercapai' 😆😁
    Aku papper town udah nonton, tp blm baca bukunyaa.. jd penasaran, apalagi sampe bs bikin mas rahul terbawa perasaan..
    Mba eya go goooo, ga usah peduliin orang lain yg komen bacaan kita. Aku jg permh disentil, sempet2nya baca novel pdahl punya anak kecil. Hahaa, heran ya sama orng2, hari gini hobi aja komen2 ga enak gt. 😆😅 Untukmu bacaanmu, untukku bacaanku, gituin aja mereka mba eya 😆😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Awalnya, saya mau tulis "Eya" atau "Kak Eya" aja. Tapi kependekan dan saya rasa, ini informasi yang cukup baru untuk teman-teman. Jadi saya pakai nama asli kak Eya aja.

      Oh, jadinya semacam wishlist ya kak Thessa?

      Sama seperti cerita adaptasi lain, ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, kak Thessa akan lebih suka bukunya. Atau kedua, kak Thessa akan lebih suka filmnya. Atau ketiga, kak Thessa bisa suka dua-duanya. Saya sendiri menikmati keduanya. Mudah-mudahan kak Thessa juga begitu.

      Saya baru tau, seorang Ibu yang punya anak dilarang baca novel. Itu UU nomor berapa yah? Ha ha ha. Kalau dari saya, energi lebih baik dialokasikan ke hal yang lain

      Delete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.