zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Pemimpin Ideal Era Dystopian

Gara-gara kejadian kemarin, saya jadi ingat peristiwa tahun lalu saat Rapat Paripurna pengesahan Omnibus Law yang diadakan lebih awal dengan alasan pandemi. Waw, alasannya logis sekali. Saya harap, The Avengers juga mesti menggunakan alasan ini untuk merevisi Perjanjian Sokovia dengan alasan pandemi, banyak virus yang mesti dilawan.

Bersama Bucky, Falcon menjadi ikon pemerintahan memberikan masker gratis kepada pengguna jalan, Happy akan menjadikan Star Industries sebagai pabrik alternatif pembuatan handsanitiser setelah Tony Stark tiada.  Hulk sendiri menjadi duta vaksin dan sedang gencar melakukan promo bahwa vaksin tidak membuat orang menjadi Titan ataupun menjadi manusia hijau raksasa karena radiasi gamma.

Di luar Bumi, Captain Marvel juga gencar sosialisasi tentang wabah ini. Meski selalu ditentang dengan alasan wabah ini tidak akan bisa masuk ke planet mereka, Captain Marvel tetap bersikeras bahwa Negara Indonesia juga pernah berkata demikian, tapi kasusnya sampai sekarang sudah bisa masuk The Guinnes Bookof Records. Sementara Wanda, ia pergi menyepi untuk mencari semesta lain yang masih belum terpapar pandemi.

Balik lagi dengan hal yang ingin saya ceritakan. Beberapa minggu yang lalu saat semester baru sudah dimulai, kami melaksanakan kuliah online melalui Zoom. Saya jadi ingat awal-awal kuliah online yang tidak efektif karena setengah jam pertama digunakan untuk absen manual. Semakin ke sini, Dosen maupun Guru sudah mendapatkan ritme ngajarnya masing-masing. Ada yang absen diawal, ada yang diakhir. Ada yang cuma sekali pertemuan, tapi tugasnya banyak. Ada juga yang sekali masuk langsung Ujian Final.

Dalam perkuliahan Zoom itu, Dosen tersebut menjelaskan tentang dasar-dasar materi kuliahnya. Ia menjelaskan dengan cara yang agak sulit dimengerti, sehingga ketika timbul pertanyaan dikepala kami, Dosen tersebut seakan bisa membaca isi kepala kami dan langsung berkata,"Pasti kalian mengerti."

Disela-sela menjelaskan, Dosen tersebut agak terganggu dengan beberapa mahasiswa yang lupa mematikan microphone-nya. Ia menegur, dengan satu kalimat yang seakan-akan sudah sering ia katakan berulang-ulang,"tolong videonya diaktifkan, suaranya dimatikan.". Gara-gara itu, saya langsung teringat kejadian rapat ombibus law kemarin, kemudian berandai-andai kalau dunia yang kita tinggali ini mengalami kondisi dystopian, akan terasa keren jika saya menjadi pemimpinnya.

Kalo dalam serial Alice in Bonderland, Arisu yang datang ke Pantai (sebuah komunitas yang didirikan sebagai perkumpulan), melihat Takeru, sosok pemimpin atau orang no. 1 di Pantai. Karena tidak ada aturan, Takeru menjadi pemimpin yang sangat otoriter. Seakan-akan ia ingin mengatakan bahwa aturan adalah dirinya.

Namun meski begitu, dalam setiap peristiwa yang terjadi di Pantai, Takeru selalu melakukan rapat oleh orang-orang penting di Pantai. Meski skalanya kecil, tentu saja mereka tetap antusias dan semangat. Tidak ngantuk, ataupun bolos. Tidak ada tuh adegan Takeru meminta pendapat dari setiap orang, tapi ketika bertentangan dari ideologinya dia mematikan microphone orang tersebut.

Menjadi pemimpin ditengah kondisi dystopian seperti itu, saya bingung harus bersikap seperti apa. Kebanyakan film-film dystopian yang saya liat punya sikap otoriter. Baik secara langsung maupun tidak. Dalam Snowpiercer, pemimpinnya juga otoriter meski skalanya tidak digembor-gemborkan. Namun hal itu terlihat jelas dari perbedaan kasta gerbong kereta api. Beda tipislah dengan sel Bapak Setnov kemarin.

Sama halnya dengan Snowpiercer, The Hunger Games juga punya pemimpin yang kalem. Dalam film tersebut, dikisahkan sebuah situasi di mana dalam setiap distrik mengharuskan mereka untuk mengirim satu sukarelawan untuk berkompetisi pada semacam variety show bertajuk “The Hunger Games”.

Dari acara itu, setiap distrik akan mendapatkan bantuan berupa makanan dan obat-obatan. Namun konsekuensinya, setiap orang yang menjadi sukarelawan pasrah untuk mati di medan kompetisi tersebut. Presiden Snow, pemimpin dari distrik 12 alias Panem telah sepakat dengan Pemerintah Capitol. Sebagai pemberontak, Katniss berencana mengincar dan membunuh Presiden Snow.

Pemimpin Ideal Era Dystopian

Masih banyak tokoh pemimpin dalam situasi dysopian. Satu tokoh yang paling terkenal adalah Negan dalam serial dystopian-zombie, The Walking Dead. Selain slengean, Negan juga cukup otoriter. Saya semakin yakin bahwa diera dystopian nanti, sangat sulit mencari pemimpin yang punya jiwa demokrasi. Atau jangan-jangan, demokrasi adalah ilusi dari sistem pemerintahan yang ideal?

Saya kebayang, akan menjadi pemimpin dalam situasi dystopian jika kelak terjadi. Saya akan memilih apakah akan menggunakan jas, kemeja kasual, ataupun jaket kulit. Satu hal yang pasti tidak saya lakukan, mematikan microphone dari orang yang berbicara.

Related Posts

Post a Comment