zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Setelah Banyak Mengeluh

Sejak tiga tahun yang lalu, saya tidak lagi menikmati sensasi baca buku dan nonton film. Entah, kayaknya standar saya terlalu tinggi sehingga saya tidak lagi bisa menikmati film-film yang dulu bisa buat saya ketawa. Atau, saya tidak lagi bisa menemukan sentuhan magis ketika keasikan membawa pulang sebuah buku dan membacanya dimalam hari.

Dulu, masa-masa awal saya mampu membeli buku sendiri, hubungan saya dengan buku cukup penuh dengan romantisasi. Saya bisa ke toko buku hampir setiap minggu. Membeli satu-tiga judul buku, kemudian membacanya dalam seminggu. Beli lagi, baca lagi. Mengasyikkan sekali.

Semakin ke sini, saya tidak lagi menikmati hal itu. Saya membaca buku, menikmatinya, terus sudah. Saya masih ingat waktu itu, pertama kali baca buku Raditya Dika. Kemudian tak bisa tidur karena membaca salah satu bab yang bercerita tentang pengalaman menyeramkan Raditya Dika saat pindah ke rumah baru. Saya masih ingat baca buku Dilan 1990 dan senyum-senyum sendiri. Lanjut baca Dilan 1991, dan merasa sedih dan feeling empty.

Saya tidak lagi menemukan hal itu sekarang. Semuanya terasa biasa saja. Saya bertanya-tanya, apakah perlu membaca ulang buku-buku lama yang saya punya? Saya membaca kembali beberapa bagian dari buku-buku itu. Meski rasanya tak sama lagi, tapi saya masih bisa menangkap sisa-sisa dari rasa menyenangkan.

Saya berpikir lagi, jangan-jangan saya hanya perlu menemukan buku yang bisa membuat rasa itu tumbuh lagi? Saya sepertinya membutuhkan stimulus. Saya mengesampingkan bacaan-bacaan yang menurut saya hanya membuat saya terlihat keren. Saya tidak lagi mengikuti reading challenge. Saya hanya ingin menikmati bacaan. Sesimpel itu.

Setelah Banyak Mengeluh
Hingga 10 Februari kemarin, hadiah buku Harry Potter seri pertama tiba di rumah, hadiah dari blog kak Jane. Dulu, saya selalu melewati rak buku fiksi fantasi, melihat buku-buku Harry Potter tapi tidak membelinya karena mahal. Masa itu, Rp 120.000 bisa dapat dua buku, dan kalau beruntung bisa dapat tiga. Kalau membeli buku Harry Potter saat itu, saya hanya membawa pulang satu buku saja.

Saat ditanya seorang teman, apakah saya sudah menonton Harry Potter. Saya selalu menjawab dengan jawaban yang hampir sama,"Sudah tapi tidak mengikutinya. Saya ingin membaca bukunya terlebih dahulu.". Alasan itulah yang membuat saya tidak mengikuti seri film Harry Potter sampai saat ini.

Malam pertama saya membuka sampul buku itu, saya seperti kembali pada kisaran waktu tujuh tahun yang lalu. Ketika awal-awal saya membeli buku, dan menikmati aroma buku seperti mencium aroma roti. Malam itu, saya tidak sadar membaca dua bab. Padahal niat saya hanya membaca satu bab, itupun kalo bisa rutin setiap malam.

Seperti terhisap, kini saya membaca dua bab setiap malam, itupun karena saya membatasinya. Saya masih ingin menikmati rasa-rasa menyenangkan seperti pertama kali saya membeli dan membaca buku. Saya benar-benar kegirangan. Apalagi hal itu disusul ketika saya menikmati tontonan film-film ringan yang bisa bikin saya ketawa.

Setelah Banyak Mengeluh
Kemarin, saya nonton Freaky, film dari sutradara yang bikin Happy Death Day dan Scouts vs. Zombies. Bisa bayangkan betapa absurdnya film-film itu. Saya menikmatinya dan menyukai premis-premis film yang absurd dan cenderung aneh. Tidak disangka, saya bisa ketawa nonton film lagi sama seperti saya menonton film masa-masa itu. Saya menyingkirkan standar dikepala saya.

Hasilnya tentu saja lebih baik. Saya bisa menikmati bacaan saya dan film-film yang dulu saya saya sukai. Tanpa harus ada standar bahwa film yang bagus mesti dari rating, ulasan orang, atau karena mengikuti euforia yang ada. Tidak ada masalah dengan dan untuk saya, tapi sekarang saya menikmati cara-cara tradisonal seperti ini. Menonton tanpa orientasi dari trailer, ulasan, atau darimanapun.

🧸🧸🧸

Beberapa waktu lalu, saya pernah berkata kepada teman tentang fakta menarik dari almarhum Tante saya. Fakta itu adalah:

Kita akan merasa capek dan gabut ketika baru selesai dari satu masa kesibukan. 

Hal itu saya ungkapkan karena baru saja melewati masa-masa tugas dan UAS yang sangat melelahkan.

Saya tidak tau kenapa, ketika selesai pada masa-masa sibuk pasti saya akan merasa sangat capek dan tidak tahu lagi mesti ngapain. Makanya, ketika seorang teman menawarkan saya jadi panitia Pesta Literasi saat masih masa sibuk itu, saya tetap mengiyakan agar setidaknya selesai dari masa-masa ini saya tidak nganggur dan malah jatuh sakit.

Selesai dari masa sibuk itu, saya terus mencari alasan untuk ke kampus. Beberapa waktu lalu, saya mengurus berkas untuk KKN yang infonya belum begitu jelas. Dalam waktu yang lain, saya menghadiri sempro pimpinan redaksi lembaga pers yang saya ikuti. Hal yang lain, dari acara lembaga pers yang saya ikuti, saya adalah orang yang bersuara lantang agar acara itu mesti dilakukan secara offline. 

Setelah Banyak Mengeluh
Ada masa dimana saya mengiyakan ajakan teman-teman dalam kegiatan tertentu karena memang saya sedang menikmati masa-masa sibuk itu. Misalnya ketika saya diajak ke pementasan seorang teman. Atau menghadiri undangan English Camp dari jurusan Sastra Inggris, yang di mana saya tidak masuk perangkat kampus satupun sebagai tamu undangan.

Setelah Banyak Mengeluh
Saya tidak ingin berada pada masa-masa tidak membuat apa-apa sedangkan baru ditempa kesibukan yang cukup panjang. Ketika pergi ke kampus, saya selalu pulang sesudah maghrib. Makan malam dan tidur karena capek. Kemudian bangun jam 4 pagi untuk nulis sampai jam 7 pagi. Sarapan dan siap-siap pergi lagi ke kampus.

Satu malam, saya tidur jam 8 malam karena benar-benar merasa capek. Kemudian bangun saat hampir jam 12 karena kerongkongan saya kering. Saya mengubah posisi baring menjadi posisi duduk dan mengambil gelas air minum yang sudah saya siapkan di dekat lemari. Terus ke kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah itu, saya tidak bisa lagi melanjutkan tidur.

Saya nulis corat-coret dibuku catatan sampai ngantuk. Sebelum itu, ditutup dengan pemikiran,"kok sepertinya saya menikmati masa-masa sibuk itu yah?". Seperti ada dorongan yang membuat sendi-sendi saya terus bekerja. Saya jadi ingat saat memilih mengeluarkan spring bed dari kamar dan menggantinya dengan alas. 

Itu adalah pilihan serius. Mama saya sempat menolak. Tapi saya membujuknya dengan alasan kamar saya terlalu sempit untuk sebuah spring bed. Padahal alasan sebenarnya, saya merasa kalau tidur terlalu nyaman malah membuat saya tidak segar ketika bangun pagi. Tentu, alasan ini tidak saya katakan.

Hal yang ingin saya katakan, saya menikmati masa sibuk kemarin. Terbawa euforia itu sampai sekarang, dan terus tumbuh. Ketika memutuskan untuk bangun pagi dan hanya scroll TikTok dan Instagram, kok saya merasa capek padahal tidak ngapa-ngapain yah?

Saya kemudian mulai membagi waktu menjadi 3x24 jam. 8 jam waktu main (baca, nonton, nongkrong), 8 jam waktu kerja (nulis, riset, kuliah), 8 jam waktu istirahat.

Tentu saja itu sangat fleksibel. Ada masa-masa saya main lewat dari 8 jam. Ada juga masa-masa saya nulis lebih dari 8 jam. Intinya itu hanya patokan saya saja biar ditengah kesibukan, saya tidak jatuh sakit karena kelewat capek.

🧸🧸🧸

Kemarin saya publish sebuah tulisan tentang membaur demi tren dan popularitas. Dalam tulisan itu, poin saya adalah jangan-jangan kita hanya berpura-pura senang hanya agar kita berada dilingkaran pertemanan yang populer.

Saya sangat bersyukur, punya teman-teman yang menyenangkan. Saya punya cukup banyak lingkaran teman yang cukup berbeda. Ada yang dari SMP, SMA, Kuliah, bahkan dari lorong. Semua itu punya chemistry dan hubungan yang berbeda. Saya tau bagaimana menempatkan diri dan tidak membunuh karakter saya.

Sepanjang Februari kemarin, saya bersyukur punya teman-teman yang menyenangkan. Lingkaran teman kuliah, kami melakukan pendakian di Puncak Amarilis. Lingkaran teman SMP, saya main ke lapaknya dan menyaksikan ia bertumbuh dalam bisnis yang ia tekuni. Lingkaran teman lorong, kami liburan seharmal di sebuah pulau.

Ada begitu banyak rasa menyenangkan. Beruntung punya teman-teman macam mereka, yang ada ketika saya tumbuh sebagai seorang remaja sebelum akhirnya memikul tanggung jawab masing-masing. Pada hari yang sama ketika sempro pimred saya selesai, bersama teman-teman kuliah kami ke Lippo Plaza Mall.

Itu adalah kali kedua saya ke sana sejak pandemi. Pertama untuk mencari buku dan kedua untuk menemani teman-teman saya. Kami main ke Gramedia untuk melihat-lihat buku. Terus turun ke Hypermart untuk menemani teman belanja. Dari sana, pemberhentian berikutnya adalah ke Kendari Beach, tempat nongkrong wilayah by pass.

Setelah Banyak Mengeluh

Kami ke sana di lapak temannya teman kami. Kami ngobrol banyak sampai malam. Sebelum Isya, kami pamit pulang ke rumah dan kosan masing-masing. Di rumah, saya meminta Adik No. 3 untuk membuatkan mie instan. Udara dingin malam membuat saya lapar kembali. 

Setelah itu, rencana nonton malam itu tidak jadi karena saya keburu ngantuk dan capek. Kemudian bangun jam 11 lewat untuk minum karena kerongkongan kering. Karena tak bisa tidur, saya mencorat-coret buku catatan hingga ngantuk.

🧸🧸🧸

Mungkin ada yang sadar pembatas paragraf saya yang kelewat unyu ini. Ha ha ha. Itu khusus untuk tulisan ini, jadi tidak usah khawatir saya akan menjadi laki-laki sok imut permanen. Tulisan ini adalah bentuk partisipasi untuk CR Challenge #2. Kebetulan sekali, bulan ini saya banyak melewati masa-masa menyenangkan.

Mulai dari kembali menemukan bacaan dan tontonan yang menyenangkan, terus menikmati kesibukan, sampai bersyukur punya teman-teman yang menyenangkan. Saya pikir, tiga itu sudah lebih dari cukup untuk tetap buat saya betah ada di Bumi, menghabiskan masa-masa remaja yang menyenangkan. Setelah banyak mengeluh, saya menyadari ada hal-hal yang luput saya syukuri.

Related Posts

28 comments

  1. Sempat kaget awalnya melihat pembatas tulisan Rahul yang unyu-unyu 🤣 gemesin deh. Kalau mau dipakai terus juga nggak apa kok 🤭

    Senang rasanya melihat Rahul yang bisa kembali menemukan film dan buku yang membuat Rahul menikmati saat menonton atau membacanya 😁, akhirnya ketemu dengan genre yang cocok dengan Rahul yang sekarang ya. Selamat menikmati buku Harry Potternya, Hul 😁

    Anyway, semoga pertemanan Rahul dengan circle yang sekarang bisa langgeng terus ya 🙏🏻🙏🏻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekadar untuk mencoba hal baru aja kak Lia. Ha ha ha. Seandainya akan saya pakai kembali, mungkin dilain kesempatan.

      Alhamdulillah kak Lia. Sekarang lebih bebas dari tekanan dan ekspektasi itu. Saya nonton film yang memang pengen saya nonton aja. Bukan karena ngikuti euforia aja. Udah lebih setengah perjalanan nih kak Lia, dikit lagi selesai. Terimakasih juga untuk selalu ngeracunin saya. Ha ha ha

      Delete
  2. Awalnya aku bingung, itu tumben-tumben ada icon teddy bear-nya ahahaa teringat kak Eno dengan icon kelincinya... hihi Setuju sama Lia, kalo dipake terus juga gapapa kok hihihi

    Woaah kak Rahul mulai jadi Potterhead nih ihihi.. Aku pun kalo baca terbius gitu sama kisahnya.. Sekarang uda buku kedua, tapi belom lanjut-lanjut baca lagi hahaha soalnya dulu bacanya pas di busway selama perjalanan menuju kantor. Itung-itung killing time. Berhubung WFH, jadinya sekarang waktu killing time tersebut dipake untuk yang lain hihihi jadi ga baca-baca lagi deh #plak

    Aduh itu mie instan disruput malam-malam yang dingin. Nikmatnya ya pasti hihi apalagi kalo lagi hujan. Makin nikmat hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya iseng aja itu kak, nyari kebaruan untuk tulisan. Taunya jadi gak terlihat gak matching. Ha ha ha.

      Sekarang karena pandemi malah aku lebih sering baca. Meski tidak sesering dulu, tapi sekarang mulai nemu lagi ritmenya. Selain biar bisa nimbrung diobrolan Potterhead, saya baca juga biar pas nonton filmnya enak. Berasa ngeliatin visualisasi yang sudah tau ceritanya.

      Mie instan pake telor pas ujan-ujan memang ngga ada lawan kak Frisca. Ha ha ha

      Delete
    2. Aku malah pertama x kenal via filmnya, terus baru d baca bukunya haha
      Jadi pas ngebayangin bukunya tu, yg trlintas adegan di film hahaha

      Iyaaa mantep tenan ya, ditambah pake cabe rawit beuh!!! Aduh kan jd pengen

      Delete
    3. Sebenarnua lebih asik juga seperti itu. Tapi saya lebih senang kalo baca bukunya dulu terus nonton filmnya. Kalo baca ulang bukunya, jadi pengalaman baru lagi karena sudah nonton filmnya

      Delete
  3. Wahh buku harpott sendiri saya malah cuma punya dari 1 smpe 3. Sisanya saya baca hasil pinjam teman.. hehe.

    Semoga pertemanan kalian dapat terus langgeng yah... heheh.

    I know how you feel Hul.. terkadang emnk kesibukan tuh bikin kita capek. Tapi karena sudah terbiasa kita jadi lebih terbiasa. Ketika hidup kita selalu dipenuhi kesibukan dan seketika kesibukan itu lenyap. Kita jadi merasa lebih kosong..

    Saya dlu sewaktu lulus kuliah D3 dan stelah itu nganggur alias nggk ada kerjaan selama hampir 1 tahun lamanya.. itu kaya hidup apa2 jadi serba lebih capek. Waktu berasa kaya berjalan lebih lambat... hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya malah baru punya satu mas Bayu. Baru mulai baca juga. Ha ha ha.

      Terimakasih doanya mas Bayu. Doa yang sama untuk mas Bayu dan kawan-kawannya. Saya pikir pada akhirnya yang kita butuhkan hanya bersyukur. Saya masih akan terus mengeluh, bedanya saya akan mencoba untuk lebih banyak bersyukur

      Delete
  4. Halo mas Rahul, saya juga abis menyelesaikan masa sibuk perkuliahan saya di semester 5 dan saya sangat menikmati hasilnya memuaskan. Sebenernya kalau kita sibuk memang waktu terasa cepat berlalu. Tapi ini pas udah musim libur kuliah, eh waktu juga terasa cepat perginya karena saya begitu menikmati masa libur saya. Hahaha. Makanya nggak sadar juga ya ini udah semakin memasuki tanggal tua di bulan Februari yang cuma 28 hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, iya, sudah masuk akhir bulan saja yah. Ha ha ha. Intinya mah dinikmatin aja. Percuma juga kalo waktu cepat berlalu tapi ngga dinikmatin

      Delete
  5. Kalau ditulis begini rasanya lebih plong kan yaa. Meski rasanya capek tapi tetap aja banyal hal menyenangkan yang udah dilewati 😁

    Btw, saya bisa sedikit relate dengan kutipan dari almarhum Tante Mas Rahul itu. Seringgg banget saya alami kalau habis melewati minggu yang riweuh. Setelah semuanya berlalu, besok paginya pasti merasa, "Gue harus ngapain ya hari ini?" 😂 kelebihan stimulasi juga nggak baik sepertinya hahaha

    Oh ya, syukurlah Mas Rahul bisa menikmati novel HP :D siapa tahu habis ini bisa lanjuttt yang kedua 😝

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak Jane, ini cara saya juga untuk mengeluh; lewat tulisan. Kalo udah plong, baru deh pelan-pelan syukur.

      Ternyata ngga cuma saya dan keluarga saya aja yang begitu. Ha ha ha. Cara saya ngatasin yah itu, istirahatnya pelan-pelan. Jangan sekali libur langsung istirahat. Nantinya jadinya gabut dan jadi bad mood.

      Ini saya lagi nabung untuk beli HP 2 kak Jane. Bacanya diirit-irit biar pas selesai, uangnya udah kekumpul. Ha ha ha

      Delete
  6. halo Rahul, setuju sekali sama tante nya kalo kita baru merasa gabut ketika selesai dari kesibukan. Ini yang aku rasaakan sekarang, merasa gabut setelah lulus kuliah, sebelumnya merasa lelah sekali, penat sekali dari dunia perkuliahan. Skrg mah ga lagi haha

    Terus, kenapa ketika foto sama temen temennya yang lain pada pake sepatu, kamu pake sendal? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beberapa curhatan dari senior saya juga begitu mas Bayu. Makanya, beberapa dari mereka nyari kerja sebelum lulus. Biar pas lulus langsung ada kesibukan lagi.

      Saya mah senior lepas mas Bayu. Ha ha ha

      Delete
  7. Hahahaa gapapa lho Rahul, kalau emot Teddy Bear-nya dipakai terus. Lucu soalnya 😆😆

    Yeaay ikut senang kalau Rahul menikmati banget baca Harry Potter! Baca Harry Potter pertama kali itu memang rasanya magical, walaupun dulu pas baca udah pernah nonton filmnya duluan. Tetap kerasa magicalnya. Semoga Rahul betah yaa baca series Harry Potter sampai buku terakhir 😁

    Aku setuju banget soal menikmati film/buku itu lebih baik tanpa ekspektasi atau berdasarkan pendapat orang lain. Sejak ga pernah ke bioskop lagi, kayaknya aku udah hampir ga pernah baca review sebelum nonton film. Bener-bener pilih sekenanya mau nonton apa. Baru kalau setelah nonton merasa ingin tahu komentar orang lain, baru deh cari-cari reviewnya. Lebih enak begini ternyata 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kok malah banyak yang support yah. Bingung saya. Ha ha ha.

      Ini niat bacanya sudah lama sekali kak Eya. Dari SMP kayaknya. Ha ha ha. Harusnya mah saya nonton aja yak? Sekalipun belum baca bukunya. Tapi saya mah sering gitu.

      Nah, sekarang lebih senang cara seperti itu. Abis nonton baru baca ulasan atau tulisan tentang filmnya. Biar kalo ada yang kelewat jadi ngeh, bukan belum tau konteksnya tapi udah baca duluan

      Delete
  8. Kasihan amat adiknya disuruh buat mie instan 😂 Kalau saya adiknya mas Rahul, langsung saya suruh balik, "Buat sendiri sanaaaa." *kemudian dijitak* 🤪

    By the way, selamat mas, finally bisa comeback membaca buku setelah sempat merasa hilang rasa. Mungkin ini yang dinamakan CLBK (?) 🤣 hahahaha. Saya sama kayak mas Rahul, til now hanya pernah baca 1 buku Harpot dan belum pernah menonton filmnya sampai tamat. Sempat sekali menonton kayaknya yang pertama atau ke dua, tapi nggak panjang, sekian menit saja. Jadi nggak ingat 🙈 Padahal dari awal sama si kesayangan, punya cita-cita mau menonton Harpot, tapi belum kesampaian ugha 😅 Wk.

    Terus teruuuuus ituuuu mas Rahul laki-laki di antara banyaknya teman perempuan? Ahem. Jadi yang mana si dianyaaa yang dulu sempat mas Rahul bahas pada kolom komentar saya? 😜 Hihihi. Well, all in all, saya ikutan senang baca cerita mas Rahul, semoga mas bisa menyambut bulan Maret dengan banyak hal menyenangkan lainnya 😍

    Ps: emoticon Teddy bear-nya dipakai terus saja, masssss 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Adik saya aslinya mah juga seperti itu kak Eno, pembangkang. Mungkin tau akan saya tulis diblog, dianya jadi baik seperti itu. Ha ha ha.

      Nah iya, benar kak Eno, rasanya kayak CLBK. Ha ha ha. Mungkin bisa jadi tontonan mingguan bareng kesayangan mengingat Harpot ini kan film berseri. Jadi bisa nonton 1-2 film seminggu sekali.

      Saya kok lupa yah pernang nyinggung perempuan yang mana. Ha ha ha. Intinya mah semua itu teman saya kak Eno. Teman kelas.

      Sampai disini saya mulai bingung kenapa emot pembatas itu banyak yang dukung. Ha ha ha

      Delete
  9. Halo salam kenal Mas. Aku baca tulisan di atas jadi inget masa2 remajaku. Masa saat circle pertemanan masih banyak dan belum pada sibuk dengan keluarga masing-masing. Manfaatkan sebaik-baiknya Mas. Ukir banyak memori yang indah. Karena kalau nanti sudah berkeluarga, belum tentu bisa jalan2 bareng lagi (berdasarkan pengalaman pribadi, hehe).

    Duh, jadi kangen masa remaja. Begadang krn tugas tp bisa nyaur tidur. Kalo skrg begadang ada bayi belum tentu bisa nyaur tidur. Wkkka nasib🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali kak Ismy,

      Benar sekali kak Ismy, saya juga sering dapat nasehat seperti itu. Makanya, waktu remajanya dipake banyak-banyak untuk teman. Terimakasih sekali lagi pengingatnya kak Ismy.

      Problem rumah tangga yak. Ha ha ha. Meski belum relate, saya ngerti ngga enaknya bangun pas lagi enak-enaknya tidur

      Delete
  10. Aku sebagai adiknya mas Rahul: "Bikin sendiri sana lho Mas kok dateng-dateng nyuruh, wani piro?" Kalau dikasih duit baru bikinin😂😂😂 menguangkan skill membuat mie instan😂 canda ya hehe✌

    Yeay selamat bisa menikmati buku Harry Potter, kalau mas Rahul nanti lanjut, buku yang kedua lebih enak bacanya. Narasinya kerasa lebih lancar dan mengalir dibaca. Kalau nanti kecebur ke dunia Wizarding World, aku akan ucapkan "Welcome to the club" 😝

    Tentang nonton film, aku akhir tahun kemarin juga sempet kehilangan kesenangan nonton film. Rasanya kayak anyep gitu, sampai aku mikir "Ini kemarin-kemarin kebanyakan nonton film kayaknya", terus sekarang jadi nggak sesering dulu nontonnya. Kalau film luar suka yang baru rilis, terus sekarang entah kenapa rasanya pingin nontonin film Indonesia yang dirilis beberapa tahun terakhir.

    Puji syukur mas Rahul punya pertemanan yang nggak bikin sebel, semoga terjaga selalu tali persahabatannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya juga ngga serajin itu kak Endah. Mungkin tau mau saya tulis diblog jadi nunjukin perangai yang baik-baik. Ha ha ha.

      Jadi makin ngga sabar nih. Buku Harpot 1 tinggal beberapa halaman. Tinggal ke Gramed beli buku Harpot 2 biar bisa langsung gas pas selesai yang pertama.

      Nah, kalo kak Endah kan alasannya karena kebanyakan nonton. Kalo saya sendiri berpiki karena standar bagus saya sudah sangat jauh. Sehingga ada semacam bias dari standar bagus dan hal yang saya suka. Otak saya maunya nonton film bagus tapi hati saya maunya nonton film yang fun dan bikin saya senang.

      Aamiin. Teman-teman saya alhamdulillah menyenangkan. Semoga kak Endah juga dikelilingi pertemanan yang menyenangkan

      Delete
  11. Salam, Mas Rahul
    sepertiny saya punya masalah yang sama soalan membaca buku, seperti kehilangan kesenangan bahkan dikali pertama memegang bukunya. Mungkin harus dikasih stimulus juga ya...


    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya selalu bilang ke kasus yang mirip seperti ini. Cara gampangnya, bukan cari buku apa yang bagus. Tapi cari dulu misalnya kak Pipit sukanya apa. Kalo sukanya Korea, mungkin bisa cari buku yang berhubungan dengan pembahasan Korea. Kalo sudah senang dan menemukan ritmenya, baru bisa coba baca buku dengan tema yang lain

      Delete
  12. ini nih yang aku suka, meskipun sibuk tapi tetep hepi.
    dibalik mengerjakan kesibukan itu pasti ada aja mungkin hambatan kecil yang dilewati tapi masih bisa diatasi dan dibawa enjoy
    happy banget bisa baca buku kiriman mbak Jane, udah lama buanget aku ga baca versi hard copy untuk seri harry potter. seru pastinya nih

    seneng deh aku liat foto foto bareng temen kuliahnya begini, keluar bareng, ketawa bareng susah senen bareng juga.
    baidewei, di foto terakhir, kaka Rahul cowok sendirian tuh, jadi keinget aku dulu waktu kuliah, malah aku yang cewek sendirian :D, kebanyakan sohibnya cowok semua soalnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Malah kemaren seringnya ngeluh-ngeluh terus kak Ainun. Ha ha ah. Sekarang aja nih mulai menikmati kesibukan karena saya tau kalo masa transisi dari sibuk ke ngga ngapa-ngapain itu ngga enak. Tetap capek mesti ngga ngapa-ngapain.

      Di kelas maupun angkatan, perempuan cukup mendominasi. Jadi sekalipun laki-laki hadir semua, tetap perempuan yang banyak. Kebetulan, saya salah satu laki-laki di sana yang ngga sibuk dan tetap ke kampus. Ha ha ha

      Delete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.