Sudah lama, rencana bakar-bakar mau kami lakukan. Awalnya kami ingin barbeque-an di salah satu tempat, tapi belum ada waktu dan uang. Jadi kami memutuskan untuk bakar-bakar ayam saja. Selain lebih murah, makannya juga lebih puas. Jadilah, tanggal 19 September kemarin kami bergerak dari siang menuju ke Pondok Kak Rijal.
![]() |
Di acara aqiqah. Dari kiri ke kanan: Ali, Riki, Ji Chang-wook, Thariq, Ari |
Saya, Ali, Riki dan Rendy bergerak dari rumah menuju daerah Kota Lama. Itu untuk membeli arang. Harganya lumayan murah. Hanya 10 ribu perkantong besar. Ohya, kami mengumpul uang 20 ribu perorang. Total-total budget yang kami punya adalah 160 ribu kira-kira.
Setelah mengungkep bebek, kami menunggu Ari dan Restu yang masih bekerja sambil bermain PES. Karena haus, kami juga sempat membeli beberapa minuman dingin dan kuaci untuk ngemil. Setelah pukul 8, Kak Rijal menyarankan untuk menyalakan api seraya menunggu Ari dan Restu. Karena katanya, mengubah arang menjadi bara membutuhkan proses yang agak lama.
Sembari menunggu bara, Ali pamit keluar sebentar untuk pergi bersama temannya. Kebetulan sekali ia mencukur dari sore harinya. Dengan potongan rapi dan ada belahan sampingnya dikeruk seperti membentuk jalan untuk kutu-kuru dirambutnya. Kalau dilihat, dari fisik Ali yang tinggi jangkung mirip sekali dengan Christian Ronaldo yang kurang olahraga.
Sambil menunggu arang berubah menjadi bara, kami lanjut bermain PES. Bukan hanya dibakar, beberapa ayam juga ada yang digoreng karena memang sangat banyak kalau hanya dibakar saja. Setelah pertandingan cup telah berakhir, kami keluar untuk mengecek bara. Ternyata sudah hampir sempurna. Kami mematikan laptop untuk keluar membakar ayam.
Sampai saat selesai makan, Ali tak datang. Saya keluar sebentar dengan berjalan kaki. Niatnya mencari udara segar sembari mencari penjual es batu. Sayangnya tidak ada ketika hampir setengah jam saya berjalan. Saya melihat motor dari arah berlawanan melaju dengan cepat. Ada dua motor. Saya berasumsi itu adalah Ali, tapi siapa yang dibelakangnya. Saya bersembunyi agar tidak dilihat. Ternyata benar, ia berbelok di Pondok Kak Rijal.
Setelah pulang, baru saya tahu ia bersama Noval. Tak tahu bertemu di mana, yang jelas mereka sudah makan saat saya tawarkan. Saya merasa ada suasana yang tidak baik. Antara saling diam diantara ruangan yang tidak terlalu luas itu. Saya kira itu hanya untuk menyadarkan kesalahan Ali. Tapi saya memilih untuk buang air ketimbang memikirkannya.
Paginya saat pulang, saya dan Riki menghadiri sebuah pesta mewakili Kak Rijal. Karena punya dua undangan, ia memilih untuk menghadiri undangan yang jauh dan menyuruh kami untuk mewakili. Lumayan. Makan gratis. Hanya perlu bawa masker dan menjadi tamu yang sopan.
Itu ayamnya disembelih di tempat atau pas beli sudah dalam kondisi dikuliti ya?
ReplyDeleteKalau belum, hebat banget... nyabutin bulu ayam satu2 itu pekerjaan yang paling menjemukan dari proses menuju ayam layak dimakan :)))
Disembelih ditempat, langsung dikuliti dan dipotong ditempat. Jadi kami tinggal mencuci ulang san memotong bagian yang agak besar untuk digoreng
Deletelebih seru beli mentahannya kemudian dimasak ramai-ramai di rumah, rasanya lebih nikmat dua kali lipat daripada beli di rumah makan
ReplyDeleteIya, kalau beli jadi lebih mahal. Tinggal disesuaikan saja
Deletehoreeeeee, proses marinasi alias mengungkep unggasnya akhirnya diaplikasikan pada bebek ya Hul...congraaats..akhirnya jadi juga barbequean ayam #throw confetti
ReplyDeleteoiya btw, ayamnya kok agak mahal ya, uda 2 kali lipetnya di jawa Hul...kalau ayam potong di sini paling 30an ribu (broiler sih aka pedaging, bukan kampung)...di situ 60 ribuan...wow #takjub..
tapi emang paling rekoso (rumit) bikin arang jadi panas, ngipasinnya itu yang ga sabar...makanya biasanya di resto2 gitu ada yang memanfaatkan metode pembuatan anginnya dengan kipas angin wkwkkw...entah ngaruh di rasa ayam bakarnya atau ga hahhaha
tapi memang kalau mbakar sendiri meski ada sedikit rasa yang miss dari pakem ayam bakar ala resto oada umumnya, rasanya ya nikmat nikmat saja ya hul...bener tuh istilahnya menghargai rasa capek jadi tetep aja ayamnya dikulitin sampe nyisa tulang tulangnya aja. Apalagi makannya juga bareng2 sama teman disambi nyemil kuaci dan minuman berenergi juga nonton netflix walau sempat ada drama diem dieman sama Ali hihi #lucu juga aku bayangin alinya pas ngrayu yang lain saat lagi ngambek hahahhahahah...
eh coba mana ya yang kayak cristiano ronaldo rambutnya #aku tebak dulu wahahah
Saya kira harga segitu sudah murah, ternyata di Jawa bisa lebih murah lagi ternyata. Mungkin karena pengembang biakkan di Jawa sudah lebih masih ketimbang Sulawesi yang mayoritas mata pencahariannya nelayan kali yak?
DeleteKalo untuk bakar sate, mungkin harus terus dikipas. Tapi kalau ayam dan ikan cukup didiamkan dan diperhatikan saja bara arangnya.
Kak Nita pernah kah makan isi tulang ayam. Itu enak. Pertama kali saya coba pas iseng mau tahu apa isi tulang ayam. Ha ha ha
Waduuuuh liat ayam bakar itu lgs menitik liur :D. Dibanding ayam goreng, aku LBH suka ayam bakar. Sbnrnya roasted LBH enak dan sehat, tapi LBH mahal jugaaaaa. Makanya kalo mau hemat, aku pilih bakar :D.
ReplyDeleteBagian kulit yg agak gosong, fav ku bangat, walo ga sehat wkwkwkwkwk. Tapi makin kesini, aku udh mulai menghindari bagian gosong2 gitu Rul. Katanya karsinogen kan yaaa, jd sebisa mungkin ga dimakan, walo kdg ngebuangnya nyesek hahahahah
Kayaknya, saya belum pernah coba yang ayam panggang itu. Paling banter cuma bakar dan goreng saja.
DeleteIya yah, kenapa sesuatu yang ngga sehat terlihat menggiurkan sekali. Ini jadi pertanyaan besar. Sama seperti menyisakan kulit ayam KFC untuk dimakan terakhir, tapi keburu diambil sama teman
Aku lihat fotonya juga tergiur 🤤 dan sama seperti Kak Fanny, aku lebih suka ayam bakar, apalagi kalau agak gosong sebab rasanya garing-garing dan tentu lebih sehat dibanding yang digoreng 🙈🙈
ReplyDeleteKalau di daerahku, belum pernah aku menemukan orang yang jual ayam hidup di pinggir jalan dan langsung dipotong di tempat. Yang kayak gini, biasanya adanya di dalam pasar 😂 Jadi aku lihat foto Rahul itu unik hahaha.
Aku juga turut senang membaca cerita Rahul. Seru ya kalau bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Pasti biarpun bersama seharian tuh nggak berasa deh kalau udah sama teman-teman 😂
Saya sih lebih senang yang gratis. Ha ha ha.
DeleteIni saya juga sebenarnya heran, biasanya memang ada di dalam pasar. Tapi mungkin biar aksesnya gampang yah bukanya di pinggir jalan