Baca juga: Semesta John Carney
Namun, itu tentu saja cuma basa-basi. Kali ini saya mau ngomongin Pamungkas dan lagu-lagunya yang saya suka. Dari 3 albumnya, saya akan pilih masing-masing 3 lagu. Tidak diurut dari yang paling saya suka. Tapi saya mau ngomongin dulu, awal mula saya kenal lagu-lagu Pamungkas.
![]() |
sumber: YouTube
|
Perkenalan dengan Pam
Sebagai pengguna Spotify, saya cukup banyak mendapatkan rekomendasi lagu diluar dari lagu-lagu yang saya dengarkan. Meski begitu, tak menutup kemungkinan saya hanya mendengarkan playlist On Repeat dan Podcast saja. Berhubung karena pandemi dan jarang naik motor, saya mulai agak jarang dengar podcast. Sekalinya dengar, paling hanya sekali-dua kali kalo lagi mengerjakan sesuatu.Selain playlist On Repeat, saya kadang dengar jazz instrumental untuk teman nulis. Atau kali lagi bosan, saya putar lagu random pada Playlist yang dibuat Spotify. Tahun 2018 akhir, saya iseng dengar lagu random. Salah satu yang terputar adalah One Only milik Pamungkas. Dari situlah semua bermula.
Karena suka, saya kemudian mencari lagu-lagu lain Pamungkas. Baru kali itu, saya dengar 1 album penuh musik secara kusyuk, sekali duduk. Album Walk The Talk memang yang benar-benar bikin saya suka dengan lagu-lagu Pamungkas.
Saya lalu tau, album Walk The Talk adalah bagian dari tugas kuliah Pam, nama akrab Pamungkas. Seperti kebanyakan yang lain, semua orang kemudian tau lagu-lagu Pamungkas. Kebanyakan memang diawali dengan One Only yang sangat membesarkan nama Pamungkas.
Walk The Talk
Saya sangat senang dengan setiap hal pertama dari seseorang. Mulai dari film debut, novel debut, sampai album debut. Dalam Walk The Talk, saya hampir menyukai semua lagu-lagunya. Makanya, akan sangat sulit memilih tiga lagu favorit dari album ini.Lagu pertama, One Only. Karena lagu ini adalah awal dari gerbang perkenalan saya dengan Pamungkas, rasanya sangat sulit untuk tidak menempatkan pada posisi pertama. Bicara lagu, hanya ada tiga hal yang saya gunakan dalam menilai: easy listening, beatnya enak, dan liriknya meaningful. Meaningful dalam artian punya relasi dengan saya.
Kedua Wait a Minute dan ketiga Monolog. Alasannya masih sama. Tiga lagu ini memang cukup sering saya dengarkan. Kalau ke coffee shop atau warung kopi kemungkinan besar akan dengar 1 dari 3 lagu ini. Selain memang karena enak, saya senang bagaimana Pamungkas membuka dan menutup lagunya. Unik.
Flying Solo
Hal kedua dari setiap seniman selalu ditunggu. Ini adalah pembuktian kalau seniman tersebut tidak one hit wonder saja. Pamungkas membuktikan itu lewat album keduanya, Flying Solo. Setelah Flying Solo rilis, saya jadi punya opsi kalau mulai bosan dengan Walk The Talk.Modern Love adalah lagu pertama dari album ini yang saya suka. Selain karena beatnya enak, saya sangat senang dengan konklusi diakhir lagunya. Apalagi setelah habis, dilanjutkan dengan lagu Flying Solo yang pembukanya sangat matching.
Kedua, Intro IV. Lagu ini mungkin agak underrated, ketimbang saya mungkin memilih Flying Solo, The Retirement of You atau Break It. Yang saya sukai adalah keheningan dari lagu ini dengan lirik yang cukup dalam. Ini semacam musikalisasi puisi dari Pamungkas.
Lagu ketiga adalah To The Bone. Meski kalau saya putar lagu ini sekarang, saya mulai bosan dengan pembukanya, tapi saya masih suka. Apalagi solo gitar menjelang akhir lagu. Lagu ini memang konserable. Mau dinyanyikan sendiri enak, mau disodorkan ke penonton untuk reffnya tetap matching. Ohya, saya suka dengan konsep musik videonya.
Solipsism
Album ini mungkin yang cukup berjarak dengan saya. Meski begitu, ada beberapa lagu yang cukup membekas dan sering saya putar. Album ini jadi album ketiga dan terbaru dari Pamungkas sebelum rehat.Dalam album ini, Pamungkas bercerita tentang banyak hal. Solipsism atau solipisme sendiri artinya adalah teori bahwa satu-satunya pengetahuan yang mungkin adalah pengetahuan tentang diri sendiri.
Lagu pertama, Be My Friend. Lirik lagu ini cukup membekas untuk saya. Kedua adalah Be Okay Again Today dan ketiga adalah lagu terakhir dari album Solipsism, Closure. Album ini memang sepertinya sangat personal untuk Pamungkas.
---
Salah satu alasan saya jarang membahas musik dan lagu adalah karena saya tidak tau mendeskripsikan lagu yang saya suka, selain karena memang enak ditelinga saya dan liriknya yang membekas. Dua format itu yang pasti keluar kalau ditanya alasan saya suka dengan lagu tertentu. Karena sejujurnya, saya ngga terlalu ngerti musik. Sama seperti orang yang tidak ngerti bahasa Inggris dengan 'yes' or 'no'-nya, saya cuma tau bilang 'enak' atau 'tidak enak' ditelinga saya.
Dari 3 album diatas, 9 lagu yang saya sebut adalah lagu yang paling sering saya bawakan saat fantasy concert. Maksudnya, saya pake earphone dengan volume full, terus membayangkan berada diatas panggung dengan ribuan penonton sambil bernyanyi lypsing. Kayaknya segitu saja. Kalau terlalu panjang, saya ngalor-ngidulnya makin kemana-mana.
Wah mas Rahul penyuka lagu Pamungkas rupanya hehehe. Saya hanya tau lagu One Only saja mas ~ itu pun taunya karena nggak sengaja, dan berhubung easy listening, alhasil sering saya re-peat -- vibe lagu One Only ini paling enak didengarkan saat sedang di dalam mobil malam-malam pergi entah ke mana :))
ReplyDeleteEniho, jadi penasaran sama beberapa lagu lainnya. *brb langsung dengarkan*
Sulit untuk bilang tidak ketika hampir semua lagunya saya suka. Sebenar-benarnya, saya agak ragu publish pos ini, isinya cuma daftar lagu favorit saya tanpa bisa saya deskripsikan alasan spesifik kenapa saya suka lagu tertentu.
Delete9 lagu diatas mungkin bisa jadi pertimbangan kalau bingung mau dengar yang mana
Perkenalan pertama saya dengan Pamungkas tentu saja dari lagu Sorry yang menjadi soundtrack filn Dua Garis Biru. Setelah mendengar lagu-lagunya yang demikian menusuk kalbu, lalu saya mencoba mendengarkan album-album lain, dan yang paling mainstream saya terpikat dengan I Love You But I'm Letting Go yang bertepatan dengan kandasnya hubungan asmara saya waktu itu. Carry On juga masuk salah satu lagu yang sering saya dengarkan dengan harapan hubungan yang nyaris kandas waktu itu bisa kembali jadi baik seperti dalan liriknya yang berbunyi,
ReplyDelete"In my head I say, hold on
I'm here come what may, won't let go
We'll carry on"
Nggak bisa saya pungkiri juga kalo lagu -lagu Pamungkas ngasih saya pengalaman baru dalam hal musik-musikan. Hahaha. Ya sejauh bisa dinikmati, sebuah lagu masih akan tetap saya dengarkan terus.
Ohiya, baru ngeh juga kalo soundtrack Dua Garis Biru ternyata Pamungkas juga. Tapi memang betul sih, I Love You But I'm Letting Go itu sangat mewakili hubungan banyak orang.
DeletePamungkas memang napas baru dalam dunia musik Indonesia. Ngga tau sih kedepannya, apakah akan masuk ranah mainstream atau tidak. Tapi setau saya, Pamungkas punya label sendiri. Jadi, kemungkinan mainstreamnya lebih kecil.
Sama mas, aku tuh kalo ditanya detil suatu lagu, ya ga ngerti sbenernya, selain itu lagu sesuai Ama telingaku, enak di denger :D. Enaknya di mana, ya susah jelasinnya. Karena selera orang beda2.
ReplyDeleteJujur lagu di atas, aku ga pernah denger. Tapi td baca komen, lagu sorry jd OST film 2 garis biru yaa? Aku ga merhatiin berarti, terlalu fokus Ama filmnya :p.
Sebelum nikah Ama suami, aku susah untuk bisa suka dengan lagu2 lain di luar favoritku yg cendrung rock, alternative rock, hardrock, setipe2 itu lah. Tapi setelah nikah, aku mau ga mau hrs toleransi Ama lagu2 dia tiap kali kami keluar naik mobil. Ga mungkin lagu2 ku aja diputer :D. Jadinya kuping terbiasa denger lagu di luar yg biasa aku denger. Lama2 jadi bisa sih enjoy lagunya walopun tetep bukan favorit :D.
At least setelah baca ini, aku jd tau lagu2 lain dari Pamungkas :). Beberapa lagunya ada yg bisa aku nikmatin, dan sepertinya enak utk didenger kalo sdg bawa mobil :). Walk the talk aku suka :)
Tapi, ini bukan hanya masalah selera. Aslinya saya mah ngga tau aja mendeskripsikan lagunya. Enak mah enak aja. Sesimpel itu.
DeleteSebagai penikmat film Dua Garis Biru dan lagu Pamungkas, saya malah ngga tau juga sebenarnya. Baru ngeh pas diingatkan.
Wah, alternative rock, saya suka beberapa. Terutama lagu-lagu Green Day. Kalau untuk saya, lagu mah bukan masalah genre. Yang penting enak ditelinga aja. Sekalipun itu dua genre yang sangat berbeda, tidak masalah. Belakangan, saya malah lebih sering lagu Los Dol. Ha ha ha.
Album WTT memang favorit saya sih.
mas rahul, aku baru tau ada nama penyanyi pamungkas dari post ini
ReplyDeletemungkin seringnya aku kalau buka spotify kebanyakan musik barat kekinian yang aku denger
kalau udah sreg sama lagu dan jadi favorit kita apalagi kalau liriknya ngena banget, kita bisa berkali kali dengerin ya.
sama kayak mba tamara karen eno yang juga punya lagu favorit juga, bahkan jadi semacam soundtrack life
Nggapapa kak Ainun. Saya aja mungkin kalau disuguhkan playlist orang lain juga kadang malah ngga tau juga
Delete