zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Napak Tilas, Format Tulisan, dan Sedikit Kebebasan

Sejak enam tahun ngeblog, saya kembali melihat ke belakang. Ada banyak yang saya lewati, yang saya alami. Arsip tulisan mulai saya baca-baca kembali. Ada yang lucu, sedih, bahkan saking alaynya jadi lucu dan menyedihkan.

Mungkin ada yang mengikuti blog ini sejak awal-awal, setidaknya membaca dikala khilaf. Saya masih ingat nama-nama seperti Robby Haryanto, Yoga Akbar, sampai Firmansyah. Tiga nama itu yang masih ada dan saya ingat sampai saat ini.

Sepanjang enam tahun itu, dari tahun 2014, saya ingin merekap sekaligus napak tilas ke blog ini. Melihat sejauh mana saya dan blog ini bertumbuh.

Napak Tilas Tulisan Pertama

12 Oktober 2014, seorang pria 14 tahun mempublish tulisan pertamanya ke dalam blog pribadinya. Tulisan tersebut berjudul 'Gantung !!!'. Iya, harus pake tiga tanda seru biar terkesan penting. Padahal, tulisan peringatan dalam bungkus rokok pun lebih penting untuk dibaca oleh orang lain.

Tulisan pertama itu bercerita tentang dirinya bersama seorang perempuan yang ia beri inisial A18. Pada masa itu, BBM sedang tren bagi hampir semua lapisan umur. Tak heran, jika obrolan yang dimulai dengan Ping!!! banyak dimuat dalam tulisannya. Biar terkesan punya hape Blackberry.

Seperti orang-orang yang ingin terlihat gaul pada masanya, mencampurkan bahasa Indonesia dan Inggris adalah kunci terlihat keren. Salah satunya kalimat "Gue tuh bored dengan topik yg gitu-gitu aja.". 'Yang'-nya disingkat, dia kira mungkin ini SMS.

Inti tulisan itu adalah perasaan pria tersebut dalam percakapan BBM dengan seorang perempuan berinisial A18. Saat mengobrolkan hal biasa, perempuan tersebut membalasnya dengan sigap. Tapi ketika memasuki mode modus, prerempuan tersebut lama untuk merespon. Kalau dalam sistem jual beli online, mungkin pria tersebut bisa beralih ke toko sebelah. Tapi ini masalah hati dan perasaan, bukan diskon dan gratis ongkir.

Yang paling menarik adalah konklusi tulisannya. Biar tidak menghilangkan esensinya, saya kutip saja secara lengkap.

Gue suka di cuekin Cuma gara-gara emot “tidak tertarik”

Apa salahnya ngelampiasin ke tidak tertarikan gue terhadap perlakuan lo kepada fakir-fakir asmara seperti gue.

Lewat blog ini gw bisa mengungkapkan semua yg gue rasakan tanpa takut pada apa yg semua orang lihat.

Kalian ngga akan siap!

Pada masa itu, Raditya Dika adalah kiblat pria tersebut. Pengaruh Raditya Dika sangat berpengaruh pada jalan hidup dan tulisannya. Contoh kecilnya, gara-gara Raditya Dika, pria tersebut membuat blog pertama kali yang isinya curahan hati. Pakai kata ganti 'gue' biar berasa keren. Kalau yang notice, jokes fakir-fakir asmara cukup memorable pada masanya.

Pertumbuhan Tanpa Fotosintesis

Seperti tumbuhan, blog ini juga mengalami pertumbuhan. Bedanya blog ini tidak memerlukan proses fotosintesis, tapi proses dari pengulangan tulis-edit-publish. Seiring dengan bertambahnya usia pria tersebut, blog ini juga mengalami pertumbuhan. Dari segi tampilan sampai tulisan.

Kalau melihat arsip-arsip lama, selain tragedi, pria tersebut kebanyakan menggunakan komedi dalam tulisannya. Tekniknya cukup sederhana: set up dan punchline. Semakin ke sini, komedi dalam tulisan berkurang. Perubahan itu sangat terasa ketika blog ini mengalami transisi dari 'gue' ke 'saya'.

Selain gaya tulisan, blog ini juga bergeser dari sekadar curahan hati menjadi sebuah catatan. Catatan dipilih karena mewakili berbagai macam spektrum tulisan. Catatan sehari-hari bisa masuk curhat, catatan tidak penting bisa masuk observasi absurd, catatan pemikiran bisa masuk opini. Apakah ini rebranding? Saya tidak tahu. Saya tidak berniat dan bermaksud begitu. Saya hanya menulis apa yang saya senang dan nyaman. Kebetulan caranya mulai bergeser.

Membedah Format Tulisan

Sebagai orang yang ingin merasa bebas, saya tidak ingin mengekang diri saya pada satu aturan yang tidak bisa saya lakukan. Format tulisan bukan salah satunya. Karena mulai banyak membahas tulisan selain curhat, saya jadi berpikir untuk menulis dengan teratur. Teratur dalam artian tidak lompat dari satu pembahasan ke pembahasan yang lain.

Kalau diperhatikan, belakangan ini saya banyak menggunakan heading dan subheading dalam tulisan. Bukan. Bukan karena saya ingin terlihat keren macam Mas Sugeng atau Bang Arip. Itu adalah cara saya menyiasati agar pembahasan tidak lompat dari sini ke situ, dari sana ke sono. Seperti tulisan ini, heading saya gunakan agar pembahasannya lebih teratur.

Kalau dulu, postingan saya hadir seminggu sekali di Sabtu malam atau Minggu pagi, sekarang postingan saya hadir dua minggu sekali di hari Kamis dan Minggu. Karena begitu, saya mencoba sebisa mungkin agar postingan saya bisa berselang-seling antara sekadar curhat atau bahas sesuatu

Selain itu, saya sadar bahwa tulisan-tulisan lama saya memang untuk diri saya sendiri. Syukur kalau masih dibaca oleh orang lain. Setelah masa transisi dari blog yang hanya mewadahi tulisan harian saya, topik lain yang saya bahas antara lain adalah film, buku, sampai fenomena yang menarik dan gatal untuk dibahas.

Terkadang opini saya bersebrangan dengan banyak opini konvensional. Meski begitu, saya selalu percaya dengan argumen. Saya mencoba untuk lebih terbuka kepada seseorang lewat argumennya, bukan hanya dari opininya. Maka dari itu, harapan saya juga begitu. Opini saya mungkin akan ngehe ditelinga banyak orang, tapi untuk beberapa menit coba dengarkan argumen saya.

Terlepas dari itu, yang saya sadari kembali adalah umur tulisan saya. Ada beberapa tulisan saya yang masih hidup sampai sekarang. Maksudnya, masih dibaca oleh banyak orang meski sudah tidak lagi saya angkat. Istilahnya evergreen post. Ada juga postingan yang besar diawal, namun semakin kesini semakin tidak lagi dilihat. Saya sebutnya trend post.

Di blog ini, senjata saya adalah dua itu. Saya mencoba menyeimbangkan antara evergreen post dan trend post. Contoh kecilnya seperti ini.


Mari kita bedah tulisan populer sekitaran bulan Juli kemarin yang saya screenshot diatas. 4 tulisan pertama yang mejeng adalah contoh trend post. Kenapa begitu?

Tulisan pertama dan kedua adalah pembahasan saya tentang siklus terakhir serial Dark. Postingan tersebut tergolong postingan tren karena season terakhir serial Dark akan keluar pada waktu saya telah mempublish postingan itu. Pembahasannya juga menarik, diskusi tentang teori. Secara otomatis, ketika saya membagikan tautan disosial media atau grup bersangkutan engagementnya secara tidak langsung lebih berpeluang besar untuk dibaca dan diskusikan oleh orang. Tulisan ketiga dan keempat, meskipun membahas topik yang menarik tapi telah terikat dengan tahun. Untuk kedepannya, kecil kemungkinan postingan tersebut akan dicari dan dibaca kembali.

Untuk evergreen post adalah 3 tulisan terakhir. Kenapa saya katakan tiga tulisan tersebut akan panjang umurnya? Sebab, ketiganya punya topik yang masih relevan hingga beberapa tahun yang akan datang.

Tulisan pertama membahas tentang berburu burungeng ditengah pandemi. Meski ada 'masa' disana, namun berburu burungeng adalah hal yang menarik dan jarang dibahas oleh orang. Kata burungeng mungkin kurang populer dibanding siput ataupun bekicot, tapi saya cukup yakin dengan hal yang otentik tidak akan mengubah nilainya.

Tulisan kedua adalah tentang opini saya tentang selebgram, khususnya selebgram yang mempromosikan makanan. Kedepannya, selebgram akan jadi pekerjaan yang lebih besar dari sekarang. Dari Instagram, bisa saja pindah ke TikTok. Dan itu menjadikan, topik ini akan relevan hingga beberapa tahun kedepan.

Tulisan nasi kotak adalah hal yang cukup unik. Awalnya, saya hanya ingin menulis sebatas pengalaman menikmati nasi kotak. Tapi kemudian saya berpikir lagi bahwa jika hanya menulis pengalaman saja, sudah biasa dan tidak lagi menarik. Saya kemudian mengulik dengan serius tapi dengan topik yang tidak penting. Formula komedi "little people and big situation".

Saya bukan blogger yang patuh dan menerapkan SEO. Bahkan, saat membaca aturan dan penerapannya pun saya merasa itu sangat mengekang. Makanya, saya mengambil jalan yang agak mudah. Dengan membaginya seperti ini, saya harap blog ini akan terus ada pembaca.

Hal yang saya sadari adalah, jika membahas postingan dalam blog ini tidak akan ada habisnya. Saya sadar, beberapa topik yang sifatnya trend post tidak merangkul relasi kebanyakan teman-teman blogger. Tapi tidak masalah, selama saya masih bisa waras dengan menyelingi dengan postingan yang lain.

Sedikit Kebebasan di Dunia Maya

Meski blog ini adalah blog pribadi milik saya, saya tentu sadar bahwa blog ini bisa diakses oleh siapa saja. Apalagi pada era internet ini, segala hal bisa diakses lewat ponsel milik masing-masing. Meski begitu, saya tidak ingin menahan hasrat, kegelisahan, ataupun ego semata.

Saya sangat ingin mempublish cerita erotis sejak dulu tapi tidak saya lakukan. Saya ingin membahas hal sensitif tapi tidak saya lakukan. Alasan untuk poin pertama adalah saya rasa ini bukan wadahnya. Alasan untuk poin kedua adalah saya rasa bukan bidangnya. Kebanyakan opini yang saya bahas dalam blog ini hanya kulit-kulit dari topik tertentu. Saya sadar bahwa saat membahas topik tertentu, kapasitas saya masih sebatas manusia penggerutu.

Baca juga: Filosofi Ampas Kopi dan Wadah Tulisan Baru

Beginilah adanya blog ini sekarang. Masih berjalan sejak 6 tahun yang lalu. Sejak tanda seru adalah salah satu hal yang sangat penting untuk tulisan. Sejak kata ganti 'gue' masih mewakili banyak hal dari pemikiran dan perasaan. Saya menikmati pertumbuhan itu sebagai hal yang ingin saya rayakan sebagai sebuah perjalanan spritual menulis. Selanjutnya, beginilah adanya.

Related Posts

24 comments

  1. Aduuuh saya ketawa baca sneak peek tulisan GANTUNG!!! jadi penasaran mau baca post aslinya nanti habis komen ini hahaha, penasaran jamannya mas Rahul galau-galau soal cewek tuh bagaimana :)))) *maap pakai laptop jadi nggak bisa masukkan emote* hahahahahaha.

    Ngomong-ngomong, hampir semua topik yang mas Rahul bahas di blog, saya suka :D karena saya bisa relate meski ada beberapa yang saya nggak paham, contohnya Preman Pensiun sebab sampai sekarang saya belum menontonnya :3 dan saya sangat tertarik dengan opini-opini plus curhat-curhatan yang sering mas Rahul bagikan. Sometimes, berasa diajak muda kembali dengan gaya berpikir dan berceloteh mas Rahul yang sangat frontal, berani namun berisi :D

    Well, saya berharap, semoga mas Rahul bisa terus mengembangkan blog ini, berbagi cerita dan pengalaman mas dalam menjalani hidup, studi, karir, dan lain sebagainya. Who knows jadi inspirasi generasi mendatang :> semangat, mas!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha ha. Saya nulis ini sekitaran bulan Juli, kemarin pas ngedit sempat baca-baca lagi. Masih ketawa juga. Untuk tulisan-tulisan lama, bisa ditemukan lewat tab arsip kak Eno.

      Nah, makanya, saya juga bilang bahwa beberapa pembahasan tidak akan relate dengan teman-teman blogger. Makanya saya selingi dengan pembahasan yang lain.

      Aamiin. Doa yang sama untuk kak Eno dan teman-teman semua.

      Delete
  2. Eh iya ya, kalau dilihat -liat ada postingan lama di popular post itu, di tulis tahun 2015 hahahaha.
    Keren banget masih setia dibaca orang.

    Btw, meski kita beda daerah, tapi masih se Sulawesi, saya bisa merasakan bagaimana Rahul itu berbeda dengan kebanyakan pemuda di sana, means lebih baik.

    Atau mungkin karena saya kelamaan di rantau orang kali ya, jadi kudet mengenai anak mudanya Sulawesi Tenggara zaman now.

    Tapi tulisan-tulisan Rahul memang keren-keren, idealis tapi bersumber.
    Saya pernah tahu pemikiran seperti ini, temannya paksu saya, mantan jurnalis di Jawa Pos.
    Dia kalau nulis tuh, sederhana tapi bahasannya ya dalem banget kayak Rahul gini.

    Semangat selalu ya, meski saya cuman numpang sekolah di Sulawesi Tenggara, tapi saya bangga anak muda Sulawesi sekarang makin keren-keren pemikirannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tulisan 2015-2017 masih jadi pos populer bulan ini kak Rey. Padahal 2 pos yang masuk adalah cerita pendek, yang secara konten sudah mulai saya migrasikan.

      Masih banyak yang lebih keren di sini. Sudah mengarah ke IG, YouTube, dan film. Saya mah cuma laki-laki yang punya blog.

      Ha ha ha, jangan dibandingin saya jurnalis kak Rey. Saya mah kadang nulis juga tidak bersandar pada sumber yang jelas. Cuma kelihatannya saja yang detil, aslinya mah kebanyakan ngawur.

      Delete
  3. Tunggu, 2014 itu masih berusia 14 tahun??

    Baca tulisan Mas Rahul ini membuat saya kepingin time travel ke blog lampau saya yang pertama kali dibuat hampir 10 tahun yang lalu. Kalo dibaca ulang, iya juga. Bukan alay doang, tapi juga menyedihkan 😂

    Tapi sangat menarik ya melihat sejauh mana diri kita berkembang dari tahun ke tahun, hanya dari tulisan di blog. Selain pemilihan kata lebih santun (bukan santuy), pola pikir juga bertumbuh.

    Dan sampai hari ini tulisan Nasi Kotak itu masih berkesan buat saya pribadi hahaha. Plus, teknik mandi ala tikus (eh iya kan? ) 😂

    Terus menulis ya, Mas Rahul! Meski saya nggak selalu meninggalkan komentar di sini, tapi saya suka mengikuti tulisan opini Mas Rahul. Tetap semangat! 💪🏼

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak Jane. Saya masih 14 tahun waktu itu. Terlalu belia untuk seorang anak-anak mempunyai blog.

      Tapi karena tragedi sudah ditambah dengan waktu, jadinya malah lucu. Pas nulis tentang nasi kotak juga sama menyenangkannya. Senang bisa tulisan itu berkesan untuk orang lain.

      Siap kak Jane, saya juga hampir selalu mampir setiap ada tulisan baru di blog kak Jane. Meski beberapa memang juga tidak saya tanggapi karena takutnya hanya sebatas,"nice post, lanjutkan!".

      Delete
  4. Rahul, Rahul tahu nggak kalau Rahul keren? Keren karena menurutku biarpun masih muda tapi pemikiran dan opini-opini yang dituangkan lewat tulisan itu sangat dewasa sekali. Mungkin kalau nggak ada bisikan soal usia Rahul, aku akan berasumsi bahwa penulis dibalik blog ini udah berusia 30-40 tahun 😂 Bukan mukanya ya yang bikin terlihat dewasa 😂.

    Aku juga sama dengan teman-teman yang lain, selalu suka dengan tulisan dan opini yang Rahul tuliskan meskipun nggak selalu memberi komentar tapi aku hadir di post tsb. Tulisan yang paling berkesan buatku juga tentang Nasi Kotak dan Teknik Mandi 3 gayung ala Tikus, eh sama berburu Burungeng juga, lewat tulisan ini aku jadi tahu apa itu Burungeng 😁.

    Semangat terus untuk tetap menulis dan menginspirasi para pembaca ya Rahul 💪🏻.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha ha, aslinya memang mukanya juga boros. Kalo liat aslinya, mungkin akan terlihat lebih tua dari umur seharusnya. Ha ha ha.

      Ngga apa-apa kak Lia. Malah saya senang yang begitu. Hanya merespon jika ada tertarik dan relate dengan isi posnya. Saya malah kadang suka bingung kalo ada komentar panjang, tapi ngga tau apa yang mau direspon.

      Delete
  5. Entah kenapa saya merasa tulisan-tulisan di blog ini sangat antik sekali. Layaknya barang antik yang tentu memiliki nilai sejarah, memiliki nilai artistik gaya klasik wadaw segitunya. Dan satu lagi jangan lupa hul, kalo antik itu mahal.

    Opini-opini di blog ini mahal sekali bung! Terus menulis. Tulisan-tulisan di blog merepresentasikan tentang kita (aka blogger perseonal). Tentang tulisan kita yang dulu-dulu yang berproses menjadi tulisan kita sekarang.

    Aih telat saya merasakan nikmatnya menulis di blog. Baru beberapa tahun ke belakang aktif menulis hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wih, antik terlalu bagus untuk saya. Ha ha ha.

      Lebih baik telat daripada tidak sama sekali, Kia

      Delete
  6. kalau dilihat dari gaya bahasa, pemilihan kata, dan alurnya,, 6 tahun ini udah cukup membuat tulisan di blog ini matang.. selalu ada proses memang, saya pun begitu euy. Dari pemilihan kata ganti pertama saja, awalnya "gue", berganti "aku" dan sekarang rasanya cocok memakai "saya" saja, seiring bertambah usia juga wkwk..

    semangat terus nulisnya masbro.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, faktor usia sangat mempengaruhi. Sekarang mah yang penting ngerti aja cukup.

      Siap. Semoga energinya bisa sampai

      Delete
  7. Rahul tau ga sih, aku tuh udah tau lama bolgnya rahul era-era pas seseruan bareng sama anak-anak muda lainnya, sebut saja beby richka, febri dwi cahya, kresnoadi, ariepnya yeah ariep (e sekarang jadi kearipan), robby haryanto, wahyu husea aji, yoga, haw, firman, jeverson, fredeva, pangeran wortel heru arya, wulan, ica dsb...orang aku sering baca-baca blog kalian kok, dan ketika pertama kalinya dirimu komen di blogku tahun2 2020, kan aku ceritanya mqu main lagi tuh setelah sekian lamanya ga main, eh la kok iya ya, berubah drastis, dulu kan era-era kalian emang modelnya kayak stand up, tulisannya dibalut komedi yang tetep disisipin punchline, twist yang bikin teman satu circle tuh ketahuan antara yang baca dan ga, hihi...

    Nah, tapi setelah aku balik lagi memang berubah format ya hul, tapi menurutku sih bagus kok, kadang malah ku mikir pemikiran-pemikiran bolgger yang lebih muda dariku era 2014 itu sekarang telah menjelma menjadi blogger yang tulisan-tulisannya lebih mateng, hati-hati, terkonsep, dan dewasa dalam pemikiran. Begitupula dalam setiap menaruh komen, kadang aku ngerasa komentarnya rahul tuh sewise dan sematang ala ala komentarnya suhu blogger pak anton hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi ternyata masih banyak yg kangen yeaharip, waktu itu masih geng wordpress yg sering blogwalking juga ke blogspot. Tahun 2010an awal emang gaya tulisannya pada ala stand up gitu, sebutannya personal literature kalau ga salah. Pernah juga di fase ini.

      Tahun 2014 mulai kenal sastra dan filsafat, jadi tulisannya rada2 sok intelek bikin pusing. 2016 lebih banyak buat nerjemahin esai dan cerpen, berkat ini difollow Aan Mansyur dan jadi banyak kenal skena sastra. 2017 diajak editor Tirto buat jadi kontributor, gaya tulisan jadi model mild report gitu. Blog jadi cuma buangan draf yg ditolak, dan udah jarang bw soalnya circle blogger udah pada entah kemana. 2019 domain yeaharip habis, tapi paket wordpress jadi mahal banget, pindah ke medium, lalu nyoba blogspot ini. 2020 balik ngeblog berkat pandemi. Di tahun ini mungkin baru kenal Rahul, bw pertama ke tulisan yg jus buah itu kalau ga salah.

      Sebenarnya Kearipan itu eksperimen. Selama ngeblog dulu2 paling anti sama SEO. Tapi sekarang lagi nyoba maen2 sama mesin yg mengekang ini.

      Emang suka ketawa kalau baca postingan kita yg dulu2, menertawai diri sendiri.

      Delete
    2. Gustyanita Pratiwi: wah, ini mah era jaya-jayanya. Agak malu juga, ternyata blog ini sudah dibaca kak Nita sejak dulu. Padahal saya nulisnya cuma curhat-curhatan. Boleh disandingkan, tapi jangan dibandingkan. Saya masih nulis curhat, sementara bang Arip sudah nulis macam-macam di web Yeaharip dulu, web yang saya baca pas SMA

      Saya mah aslinya nulis aja. Cuma keliatannya saja yang terlihat matang. Padahal, kadang sudah dipublish pun masih ada typo sana-sini. Ohya, ternyata saya masih manusia. Harap maklum 😁

      Delete
    3. @Arip Abdurrahman: iya, benar. Kadang disingkat jadi pelit.

      Ha ha ha, iya. Tahun ini mungkin baru kenal, tapi saya lupa awal mulanya dari mana. Jus buahpun saya ngga ingat lagi itu yang mana. Tapi benar juga, itu salah satu alasan kenapa saya masih betah pake blogspot.

      Delete
  8. 2014 saya sudah lulus kuliah. Wkwkw
    Wah keren ya km, 14 tahun udah nulis di blog. Apa karena tugas sekolah?

    Eh iya jaman-jaman itu tulisannya raditya dika digandrungi banyak remaja. Jadi keinget dulu suka baca Blognya raditya sebelum sekarang berubah haluan.

    Terus nulis, ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kak Rie

      Saya ngeblog baru 6 tahun, bukan 14 tahun. Kalau 14 tahun, artinya saya mulai ngeblog dari umur 6 tahun. Wih, itu sih gokil kalau betul. Ha ha ha.

      Delete
  9. Luar biasa sudah 14 tahun menulis blog...perlu banyak belajar dari konsistensinya mas Rahul, nih. Blognya juga saya lihat lengkap banget ada berbagai tema. Menimbulkan minat baca.

    Selama itu ngeblog, ada pernah melakukan recycle postingan nggak mas? Misalnya tulisan lama di rombak terus di re-post lagi.

    Salam :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kak, tapi saya baru ngeblog 6 tahun. Umur 6 tahun saya masih sibuk main sama teman-teman sepermainan. Ha ha ha. Kalau dilihat, memang aslinya saya nulisnya random saja. Apa yang menarik untuk ditulis, saya tulis. Kata lengkap masih jauh dari blog ini.

      Ohya, saya pernah kepikiran sesekali. Tapi lebih memprioritaskan membuat postingan baru. Lah tulisan lama saya juga isinya curhatan semua

      Delete
  10. Waaaah, terima kasih, Rahul, sudah ingat sama penulis tak penting macam saya.

    Saya kira, pada masanya memang banyak yang bikin tulisan komedi terpengaruh Radit. Mau garing juga bodo amat. Yang penting udah berusaha melucu, berharap ada yang ketawa.

    Semakin bertambahnya umur, atau sebutlah dewasa, mulai jarang menggunakan lelucon lagi karena kehidupan itu sendiri sudah jadi tragedi yang terasa komedi. Bahahaha.

    Perubahan-perubahan dalam menulis sepertinya mah wajar, karena cara pandang kita melihat dunia, preferensi, atau apalah itu juga pasti berubah. Syukur-syukur perubahan itu suatu pertumbuhan ke arah yang baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha ha, saya mah sukanya sama yang ngga penting-penting juga.

      Lucu atau tidak belakangan, intinya usaha dulu. Saya mah bukan ngga mau lagi nulis komedi, tapi gairahnya sudah berkurang. Tapi sesekali nulis komedi juga kalau lagi pengen.

      Delete
  11. aku dulu juga suka baca blognya raditya, berani tampil beda dan emang adanya si radit seperti itu
    kemudian baca baca bukunya, kocak abis
    baidewei nggak nyangka juga mas rahul udah sejauh ini perjalanan ngeblognya. aku sendiri sempet hiatus 2 tahun di tahun 2016 - 2017 kayaknya, tapi domain aktif, dan masih tetep sebatas blogwalking aja waktu itu
    waktu pertama main ke blog mas rahul ini, aku udah dibuat kagum sama bahasa nya lho. seperti bahasa jurnalis macam tempo, kosakata yang digunakan oke juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sudah tidak sempat ngeliat blog Raditya Dika. Malah taunya pas udah jadi web official.

      Kalau dilihat dari arsip, sebenarnya saya juga hitungannya hiatus.

      Aduh, jangan dibanding-bandingin sama jurnalis kak Ainun. Blog ini mah pembahasannya cuma kulit-kulitnya saja. Yang nulis juga lebih banyak ngaco daripada benarnya

      Delete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.