Penulisannya semau-mau saya. Sekarang juga masih begitu sih, bedanya cuma sedikit lebih rapi. Dulu, header blog harus besar biar terlihat jelas, tampilan harus minimalis, tampilan pos harus mode grid biar simpel, dan tentunya harus responsif.
Sekarang, template yang saya pakai masih sama-sama simpel. Bedanya, saya tidak perlu header yang besar dengan ilustrasi muka saya. Tidak perlu bayar orang lagi untuk desain template yang premium. Intinya sesimpel saya hanya modifikasi template yang sudah ada.
Beberapa
waktu, saya mem-publish cerita pendek saya. Itu adalah tugas kampus
semester lalu. Tujuan saya publish agar bisa dibaca oleh orang banyak.
Lagipula, tugas itu juga sudah lewat. Beberapa bulan setelahnya, saya
merasa ada ketimpangan. Antara postingan opini dan cerita pendek.
Kalau
opini, mungkin bisa masuk ke curhat atau pandangan pribadi. Tapi untuk
cerita pendek, saya merasa tidak ada hubungannya sama sekali. Saya perlu
wadah baru untuk menampung tulisan-tulisan saya yang sifatnya
fiksional. Fiksional? Istilah apa itu? blog ini memang tidak banyak
berubah.
Maka dari itu, saya membuat web Ampas Kopi, dengan tagline From Coffee to Stories. Wadah yang akan menampung segala tulisan saya dalam bentuk fiksional.
Maka dari itu, saya membuat web Ampas Kopi, dengan tagline From Coffee to Stories. Wadah yang akan menampung segala tulisan saya dalam bentuk fiksional.
Lega
juga bisa lepas dari pikiran yang mengganjal itu. Saya jadi punya
tempat baru untuk bermain-main. Sebab, saya memang mendesain wadah itu
tidak seperti blog ini. Lebih 'vulgar' mungkin kata yang tepat. Saya
ingin keluar dari lingkaran kenyamanan itu.
Sudah
lama saya ingin membuat cerita bersambung, cerita erotis, sampai
cerita-cerita eksperimental lainnya baik dari segi format ataupun tema,
yang tentu saja blog ini bukan wadah yang tepat.
Menyoal
tentang domain, sebenarnya saya ingin membeli tld .com yang mengacu
pada (ampaskopi.com). Ternyata sudah dipake. Tidak masalah. Kemudian
saya kembali berpikir, kenapa tidak mempersingkat saja, kebetulan tld .coffee
ada. Biar tidak
terlalu panjang kalau (fromcoffeetostories.com), maka jadilah:
ampas.coffee
Pemilihan
nama Ampas Kopi adalah perjalanan yang sangat sederhana namun terdengar
sangat filosofis. Saya bukan orang yang hobi minum kopi. Benar-benar
'wah' sama kopi cuma dari film Filosofi Kopi. Sehari-hari, yang saya
minum juga lebih banyak kopi rencengan ketimbang kopi yang punya
nama-nama keren macam Espresso atau Americano. Tapi sesekali minum kopi
Bapak saya, kopi yang ada ampasnya. Kopi Kampung-lah, istilahnya.
Disela-sela
minum kopi, saya berdialog dengan kepala saya sendiri. Menurut saya,
ampas kopi yang masih tersisa diujung gelas adalah gambaran
cerita-cerita buatan saya. Saya menikmati proses menulis sama ketika
saya menikmati kegiatan minum kopi. Tapi saat kopi sudah tandas atau
tulisan saya sudah kelar, yang ada hanyalah ampas kopi.
Untuk beberapa orang, ampas kopi hanyalah ampas kopi diujung gelas. Tidak masalah. Bagi saya, ampas kopi layaknya sebuah pupuk. Saya menampung ampas kopi tersebut ke dalam satu wadah. Hingga nanti wadah itu penuh, saya harap ampas kopi yang saya kumpul bisa berguna. Kalau tidak untuk orang lain, setidaknya untuk saya.
Alasan lain saya membuat wadah baru adalah gaya bahasa di blog ini yang mulai berubah. Dari yang tadinya banyak komedi, sekarang mulai agak kalem dan on point. Ini juga cukup dipengaruhi oleh pergeseran konten yang sekarang kebanyakan bahas opini ketimbang cerita sehari-hari. Jika dulu persentasenya seperti ini:
Sekarang jadi seperti ini:
Meski tidak bisa disangkal juga, opini yang saya angkat bersandar pada pandangan personal yang ujung-ujungnya curhat juga. Tapi beginilah yang terjadi. Prioritas mulai berubah.
Saya telah menjadwalkan hampir semua cerpen saya di sana untuk terbit setiap minggu. Ada beberapa yang sempat saya publish di blog ini, tapi ada juga cerpen yang akan saya publish eksklusif di sana. Ada dua cerita yang sedang saya kerjakan. Mudah-mudahan cepat kelar dan bisa saya publish sesegera mungkin. Salam kopi rencengan!
Jangan remehkan ampas kopi. Walo sudah berupa ampas, gunanya masih ada, dan bagus untuk kulit :D. Jd scrub yg bisa ngilangin selulit ato masker yg bisa ngurangin kantung mata :D. Cewe pasti tau..
ReplyDeleteNtr aku mampir ke ampas.coffee mas :). Kebetulan aku suka kalo baca cerita2 fiksi ato apapun. Salut bisa menulis di 2 wadah. Ngurusin 1 blog aja aku msh keteteran karena tugas2 lain
Pas riset juga baru tau kalo ampas kopi bagus untuk kulit 😁
DeleteSebenarnya ngga tau juga bisa ngurus 2 atau tidak. Tapi kalo belum dicoba kan belum tau. Siap kak, ditunggu
Tadi baca judulnya, kirain mau bahas hal mistis.
ReplyDeleteSoalnya ampas kopi itu biasanya digunakan nenek-nenek buat menerawang hihihi.
Dulu beberapa kakek dan nenek saya sering didatangin banyak orang buat minta diterawangin, saya pernah liat, medianya ampas kopi, cangkir dan piring kecil :D
Dan ternyata beberapa orang juga menggunakan cara tersebut, di TV juga pernah saya liat kayak gitu.
Memang ampas kopi itu serba guna dah.
Bagus juga domainnya, mudah diingat gitu.
Btw, keren blognya jadi banyakan opini, kalau saya masih tetep banyak curhatan, atau tepatnya cerita sih :D
Baru tau juga kalo ampas kopi ada kaitannya sama hal mistis. Saya taunya cuma kemenyan 😁
DeleteSejujur-jujurnya, opininya juga semi curhat. Hanya bedanya cuma lebih rapi ketimbang dulu
Ya ampun suka banget sama desain yg ampas,coffee. Simpel gitu. Kebetulan tadi siang saya ngepoin template itu di penyedianya, eh cek baca di blog itu ternyata... :3
ReplyDeleteBtw semua orang punya seleranya masing" sih, untuk saat ini saya lebih menyukai tampilan grid nah gak tau nanti wkwk
Semangat untuk dunia fiksinya yang baru😀
Desainnya simpel, hargnya yang ngga simpel 😁
DeleteSiap kak 😁
Pas lihat judul tulisan ini, aku pikir isinya akan membahas manfaat ampas kopi 🤣
ReplyDeleteSelamat atas dibuka-nya blog ke2 Rahul! Semoga bisa konsisten juga menulis cerpen di sana ya 😊
Oiya, theme di ampas coffee cakep deh, jadi seger lihatnya 😁
Semangat menulisnya Rahul!
Manfaat ampas kopi sudah dijelaskan sama kak Fanny. Keren tuh.
DeleteIya sih, sesegar harganya 😅
Mas Rahul, komen saya nggak kepublish ya?
ReplyDeleteSelamat Mas Rahul untuk rumah barunya. Asiik, ada blog yang banyak cerpennya. Nanti saya main ke rumah barunya, ya. Siap2 bikin kopi ya. Yang white coffee aja. Nggak kuat kalau kopi item. *lah banyak maunya 😂
Komen yang mana dan pos yang mana? Saya tadinya memang memoderasi komentar, tapi dibuka bebas lagi.
DeleteSiap, ditunggu kedatangannya 😁
Wah mas Rahul buka blog baru? Keren 😍 saya urus satu saja susah 😂 semoga blog Ampas Kopi bisa memberikan warna tersendiri dari sisi lain mas Rahul yah ~ dan semoga ke dua blog mas Rahul tetap aktif sebab saya suka baca opini mas juga hehehe 🙈
ReplyDeleteNgomong-ngomong nama domainnya sound exclusive 🤭
Saya juga susah sih kak, cuma sok-sokan aja lagi libur berasa punya waktu kedepannya. Mudah-mudahan bisa konsisten.
DeleteAwal beli, harganya murah. Pas liat harga perpanjangnya, kaget. Sound exclusive 😥
Wah... Mas rahul bikin blog baru😃
ReplyDeleteSaya juga kepikiran pengen buat blog baru mas... Tapi masih takut nanti nggak bisa ngurus dua-duanya. Karena rasanya topik yang saya bahas di blog sekarang jadi nggak terkendali. Gimana ya jelasinnya. Jadi berantakan gitu low😂, seenak udelnya dewe...
Pengen punya satu blog lagi yang khusus membahas sesuatu. Tapi masih dipikir-pikir lagi
Wadah baru, tulisan lama. Belum ada tulisan baru. Masih tahap pengembangan. Mudah-mudahan bisa selesai.
DeleteSaya mah buat aja dulu, konsistennya nyusul. Mudah-mudahan 😁
Wah asyik juga ya domainnya.. bisa buat untuk tempat nongkrong, hahaha.. Salam Kenal...
ReplyDeleteSalam kenal Bang Ancis
Deletesaya kalau minum kopi pasti beser terus
ReplyDeleteSaya malah boker
DeleteWah filosofinya kerennn banget. Sangat mewakili tujuan Mas Rahul dalam membuat blog barunya ya. Semoga di wadah yang baru ini semakin semangat dalam menelurkan karya 😁
ReplyDeleteSiap kak Jane. Terimakasih.
DeleteWah keren Mas Rahul, selamat ya atas blog ke 2 nya. Memang lebih seru sih kalau lbh dipisah masing2 niche nya. Jadi nanti juga enak buat nyari2 postingannya. Semoga blog nya makin memotivasi dalam menulis ya Mas 😁
ReplyDeleteAamiin
DeleteWah keren. Baru pertama kali main ke blog ini eh udah ada blog baru aja. Kapan-kapan mau main juga deh ke blog yang baru. Menarik untuk dibaca sepertinya.
ReplyDeleteSiap kanda
DeleteWhoa that's cool bro!
ReplyDeleteKalau udah menyadari tulisan kamu mulai berubah, selamat, kamu udah ada di fase baru. Semoga terus belajar dan berkembang jadi lebih baik ya. Good luck!
Komennya kek Mario Teguh amat ya haha
Siap bang Firman Teguh. Sebagai sahabat super, saya tersanjung sekali 😁
DeleteKeren mas Rahul.. saya sudah beberapa kali mampir ke yang ampas kopi dan baca cerpennya.. Cuma bingung mau komentar apa karena kalau cerpen susah dikomentari.. wkwkwk tapi bisa dinikmati..
ReplyDeleteNah, kalau disini kan ada ruang untuk bersilaturahmi..
Tidak perlu komentar, mas Anton. Saya sih harapnya dibaca aja 😁
DeleteWah, keren! Saya juga ngurus satu ini udah lumayan kebingungan, ini mas Rahul buat khusus cerpen, cool! Saya jadi pingin bertandang kesana juga ah, sesekali. Siapa tau dapet inspirasi untuk buat prosa😁. Semoga sukses yaa blognya💪🏻.
ReplyDeleteKalau saya sih setiap kali beropini, kegalauannya itu menentukan akan masuk label mana, antara Thoughts atau Opini. Sebab opini pun saya buat tag khususnya lagi. Walaupun sudah ditetapkan, "oh oke kalau opini berarti saya riset dulu, kalau Thoughts murni pemikiran," tetep aja ujung2nya galau juga, haha.
Tujuan utamanya untuk mempermudah, mudah-mudahan tidak menyulitkan 😁
DeleteIni mah sudah saya katakan pada halaman disclaimer. Argumen saya kadang masih sangat mentah. Jangan ditelan mentah-mentah.