zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Membedah Nasi Kotak, Makanan yang Jarang Disebut Pada Kolom Makanan Favorit

Belum lama, Mama saya berkata untuk yang kesekian kalinya,"kenapa saya suka sekali dengan nasi kotak?". Pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya sendiri meski beberapa dari kami mendengarnya. Tidak untuk dijawab, tapi saya begitu lama untuk berpikir sampai akhirnya didalam hati,"iya juga yah.".

sumber: grosirkemasanmurah(.)com

Setelah mengecek arsip tulisan, ternyata secara tidak sadar saya telah mengabadikan dua momen tentang nasi kotak: 3 Hari Jadi Arkeolog, Malam Minggu di Rumah Bunyi dan Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Menjepret. Kemudian saya ngeh, seperjalanan hidup menikmati nasi kotak, saya rasa belum pernah benar-benar kecewa. Paling kecewa karena pembagian lauknya tidak merata. Saya dapat ikan, teman saya dapat ayam misalnya.

Anehnya, saya jarang mendengar ada jawaban makanan favorit mereka adalah nasi kotak. Padahal, kita semua percaya mayoritas orang Indonesia pasti pernah makan nasi kotak. Berangkat dari pertanyaan Mama saya tentang nasi kotak, saya akan membedah kenapa nasi kotak enak dan banyak diminati.

Elemen Surprise

Sadar atau tidak, kita selalu menanti adegan wah-menunya-apa-yah? kemudian membuka tutup nasi kotak dan berharap isinya bisa semeriah koreografi goyang Mamah Muda. Kecewa atau tidak, kemungkinan besarnya tetap kita makan. Paling tidak dikasih orang lain yang bisa menerima kecewa itu.

Elemen kejut itulah yang membuat nasi kotak berbeda dengan makanan yang lain. Ketika datang ke nasi padang, kita tahu akan memesan paru goreng, rendang, dan nasi hangat. Ketika datang ke warung bakso, kita tahu akan memesan bakso campur yang diracik sedemikian rupa agar kita bisa bilang,"cobain kuah saya.". Tapi nasi kotak? Tidak seperti itu, tidak sesederhana itu.

Gratis

Nasi kotak tidak bisa dipesan atua dibeli secara langsung. Butuh perjuangan duduk satu-dua jam dalam seminar, ikut kakak senior demo, atau datang ke kampanye di daerah setempat. Memang nasi kotak tidak dibayar, tapi perjuangan mendapatkannya itulah yang cukup menantang.

Ada banyak jalan menuju Roma. Begitu juga dengan tempat-tempat penyedia nasi kotak lainnya, kita bisa mengikuti beberapa acara atau kegiatan yang menyediakan nasi kotak. Sejauh ini, nasi kotak yang saya terima tidak pernah saya tolak atau alihkan ke orang lain. Selalu berujung ke mulut saya. Karena perjalanan spiritual mendapatkan nasi kotak itu tidak ternilai harganya.

Dibuat Orang Lain

Poin ini agak berkaitan dengan poin no. 1. Berkaca pada warung makan Indomie di pinggir-pinggir jalan, saya percaya elemen ini cukup berperan penting pada daya magis nasi kotak. Kenikmatan nasi kotak yang sampai dimulut kita bisa begitu menggugah selera karena bukan dibuat oleh kita sendiri.

Semacam memesan Indomie di warmindo, enak karena dibuat oleh orang lain. Meski agak bodoh, nasi kotak yang dibuat sendiri dan dimakan sendiri pasti akan beda dengan nasi kotak yang dibuat oleh orang lain. Sembari membuka, sudah tidak ada elemen suprise. Sembari makan, ingat bahwa harga yang dikeluarkan tidak sedikit. Sembari minum, sadar bahwa memang nasi kotak punya daya magis yang sulit untuk dibuat dan rasakan sendiri.

Menurut saya, tiga hal tersebut sangat sakral dalam penunjang enak-tidaknya nasi kotak. Jika ada 1 saja unsur yang hilang dari 3 unsur tersebut, saya yakin perasaan saat memakan nasi kotak akan berbeda.

Nasi Kotak sebagai Simbol Kesetaraan

Dalam sosial masyarakat mau kaya-miskin, tua-muda, wanita-pria, nasi kotak tidak memandang bulu. Orang yang tanda kutip kaya, bisa mendapat nasi kotak yang sama dengan orang yang miskin. Untuk urusan usia, agak sedikit berbeda. Tergantung di sosial masyarakat mana kalian berada. Ada orang tua yang mendahulukan yang lebih muda, ada juga orang tua yang tetap kekeuh mau dapat lebih dulu.

Meski dalam budaya, kita diajarkan sopan kepada yang lebih tua, tapi saya rasa untuk urusan pembagian nasi kotak bisa dikecualikan. Ada pakem-pakem yang setidaknya harus diubah, bahwa pada akhirnya setiap masyarakat Indonesia berhak mendapatkan nasi kotak untuk setiap pembagian atau kegiatan yang mereka ikuti.

Nasi Kotak sebagai Simbol Pesta Demokrasi

Coba diingat-ingat, kapan terakhir kali kalian mengikut kampanye atau pesta demokrasi di daerah kalian. Selain baju putih dengan wajah paslon dan nomor urut, apalagi yang kita dapat? Uang? Oh, memang dikasih uang? Coba diingat-ingat, apalagi yang kita dapat dari selain serunya joget-joget bersama artis yang dibayar oleh paslon yang sedang berkampanye.

Nasi kotak, tentu saja. Ditengah terik matahari siang, dengan siraman air dari mobil Damkar, kita pasti diberi nasi kotak sebagai makan siang untuk bertahan sampai ke ujung acara. Dan itu, menjadikan nasi kotak sebagai simbol pada pesta-pesta demokrasi. Di obrolan tongkorongan, kita bisa bilang,"eh, kampanye Bang Fariz kemarin ayam lho.".

Nasi Kotak sebagai Lambang Perlawanan

Seperti yang sudah saya katakan, tidak pernah saya mendengar ada jawaban "nasi kotak" pada kolom jawaban makanan favorit masyarakat Indonesia. Padahal kita semua percaya, nasi kotak bisa menjadi ikon rebel masa kini sebagai agent of change.

Teman saya, menjadikan nasi kotak sebagai makan siang pada setiap Jumat. Karena ada pembagian di mesjid dekat kosannya, ia selalu Jum'atan di mesjid tersebut yang kebetulan juga menjadi orang yang cukup sering mengikuti kajian di sana.

Mulai dari publishnya tulisan ini, saya mulai akan menjawab nasi kotak untuk kolom jawaban atau pertanyaan makanan favorit saya. Ini mungkin adalah bentuk apresiasi saya terhadap nasi kotak. Semoga nasi kotak tetap lestari di Indonesia.

Membahas nasi kotak, memang tidak ada habisnya. Nasi kotak punya cerita yang panjang untuk diceritakan. Misalnya saja, beberapa waktu lalu saat awal-awal ditetapkannya aturan PSBB, pembagian nasi kotak disalurkan pada beberapa titik. Meski agak malu, oleh dorongan Mama saya, kami akhirnya mengiktui beberapa pembagian nasi kota yang pada akhirnya juga tidak kebagian.

Bagi sebagian orang, nasi kotak mungkin biasa saja. Tapi untuk sebagian orang, nasi kotak punya semacam ikatan pada tiap individu. Nasi kotak cukup sakral untuk disebut makanan sehari-hari. Kita tidak bisa ujug-ujug ingin nasi kotak kemudian membuka aplikasi Gofood. Tidak bisa. Karena elemen suprise itu sudah tidak ada. Perjalanan mendapatkan nasi kotak itu sudah tidak ada. Dan itu menjadikan nasi kotak hanyalah nasi dan lauk pauk dalam box makanan.

Related Posts

23 comments

  1. anjerrr... saya rindu bikin postingan seperti ini. menaruh semua ide dalam satu tema yang orang kira tidak penting. mantap, Hul.

    dapat nasi kotak memang menggembirakan, tapi bagi sebagian orang, nasi kotak menimbulkan trauma, Hul. pertanda ada keluarga yang udah 7 hari meninggal, 40 hari, setahun, seribu hari...

    juga karena pernah ditipu. katanya akan dapat bayaran tunai, taunya dikasi nasi kotak. ini kelewat surprise.

    sepengalaman saya, saat pesawat di delay, juga dikasi nasi kotak, dan nasi kotak pemberian maskapai itu rasanya nggak enak. mungkin pengalih perhatian agar penumpang gak marah ke petugas, tapi marah ke nasi kotak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha ha. Tulisan bang Haw pake teori, sedangkan saya mah cuma kumpulan opini yang disatuin 😁

      Oh, gitu yah. Saya baru tau. Untung juga sih, biar saya ngga usah bahas. Kayaknya terlalu sensitif.

      Tapi kayaknya itu sih pengalaman yang cukup banyak dialamin. Terutama pas pesta demokrasi, dijanjiin ini-itu pas di TKP cuma dikasih makan nasi box.

      😆😆😆

      Delete
  2. Tepuk tangan dulu ah buat tulisan ini. Mateng banget eksekusi idenya 🙌🙌🙌

    Kebetulan sejak anak saya sekolah dan tiap bulan ada aja kegiatan atau temannya yang ultah, saya jadi akrab kembali dengan nasi kotak. Sama mas, saya pun excited setiap kali siap makan. Jujur aja saya selalu terima isi nasi kotak apa adanya dan pasti saya lahap sampai bersih. Terakhir nasi kotak terenak yg saya dapatkan itu isinya nasi bogana, nggak paham lagi dengan rasa orek tempe dan telur pindangnya.

    Aduhh ngidam nasi kotak hari gini harus ke mana yak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, jadi malu. Padahal cuma kumpulan opini yang disatuin. Thx kak Jane ☺

      Kalo masa new normal seperti ini kayaknya agak susah. Karena berada ditengah-tengah masa antara masa normal dan masa pandemi.

      Delete
  3. Ah setuju banget sama elemen kejutan! Emang rasanya pas buka nasi kotak tuh kayak tebak-tebak berhadiah ya 😂
    Udah laper kan nunggu waktu makan siang yang udah ditentukan, dan begitu nasi kotak dibagikan tuh waduh udah ngiler-ngiler deh ngebayangin isinya ada apa ya.
    Dan saya pun selalu melahap habis isinya kecuali bener-bener zonk banget rasanya, ya itu apa daya 😅
    Elemen gratis dan dimasakin orang juga saya setuju huahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagian paling seru dari nasi kotak yah itu. Kalo sudah dibuku yah udah, tinggal makan aja.

      Tapi memang sih, sangat jarang nasi kotak dianggurin

      Delete
  4. Sorry to say, tapi indomie bikinan saya masih selalu lebih enak daripada indomie bikinan abang-abang warmindo. Apakah ini pertanda saya harus buka warmindo sendiri?

    Btw, apakah Rahul bersedia jika dinobatkan sebagai Duta Nasi Kotak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, wah, belum rasain warmindo sini nih..


      Ha ha ha. Saya mah siap-siap aja

      Delete
  5. Nasi kotak kan kemasannya, mana bisa jadi daftar makanan favorite, paling-paling dari segi gratisannya bisa diunggulkan, karena kalau di restoran pesan makanan mana ada duduk ditawari nasi kotak, haha.

    ReplyDelete
  6. hahahaha gratis!

    Meskipun sebenarnya ada juga naskot yang melambangkan mihil, setidaknya lebih mihil dari nasi bungkus hahaha.

    Etapi beneran ya, kejutannya itu loh, kita penasaran apa sih di dalamnya.

    Biasanya tuh naskot rebutan kalau ibu atau bapak mertua pulang dari bancaan atau haroa buat orang Buton :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak Rey, efek kejut memang salah satu daya magis nasi kotak. Makanya, sekalipun nasi bungkus yah ngga akan bisa dilawan

      Delete
  7. Saya juga suka nasi kotak, mas 🙈 dan betul apa kata mas Rahul, dapat nasi kotak itu butuh perjuangan. Hahaha. Dulu kalau ibu saya pergi acara, pasti setiap ibu pulang, pertanyaan pertama saya, "Ada nasi kotak (besek) nggak, Bu?" 🤣 hehehehe.

    Kalau ternyata ada, pasti langsung deg-degan harap-harap cemas semoga isinya sesuai kesukaan saya (ayam, kentang ati ampela balado, bihun, telur balado, dan kerupuk udang) ~ nyammm nyam membayangkannya langsung lapar 😍 hahahahahaa.

    To be honest, menu-menu di atas sebenarnya bisa dimasak oleh mba di rumah kalau memang ingin makan. Tapi rasanya jelas beda dengan nasi kotak dari acara. Bedanya tuh di-efek kejutnya 😆 dan saya setuju sama poin mas Rahul, kalau nasi kotak memang penyetaraan. Mau kaya atau kurang kaya, dapatnya sama rata 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha ha ha, iya, sama. Meski saya tau Mama saya ngga pegang apa-apa, kadang tetap saya tanyakan. 😁

      Iya kak Eno. Nasi kotak untuk semua rakyat Indonesia!

      Delete
  8. Sebagai penyelenggara yg sering ngurus nasi kotak, saya selalu berterimakasih kepada yg ada di balik proses sampai makanan ini bisa hadir di tangan kita dengan gratis, dengan berusaha tidak meninggalkan sisa makanan (kecuali tulang yg bisa dikasih ke kucing).

    Ngurus anggaran biar bisa dapet harga murah tapi menunya ga malu-maluin dan rasanya tetap enak, bikin games dadakan karena penyedia nasi kotaknya telat datang, sampe pernah naik turun tiga lantai buat ngangkut nasi kotak karena lift lagi rusak. Jadi kadang suka kesel kalau nasi kotak disisain, lebih baik langsung kasihin ke satpam atau tukang parkir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sejauh ini sih kalo makan nasi kotak selalu abis.

      Tapi benar juga bang, saya sempat lihat juga betapa sulitnya cari anggara untuk komsumsi, meski bukan dalam bentuk nasi kotak. Kadang salut juga sama panitia komsumsi. Meski kadang ngga terlalu dinotice, tapi perannya sangat besar. Hidup panitia komsumsi!

      Delete
  9. Halo, kak. Salam kenal ya. Aku pun suka makan nasi kotak karena gratis. Tapi aku paling suka nasi kotak dengan isi nasi putih, ayam bakar, sambal terasi, mentimun dan kemangi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo custom mah mending sekalian beli di warung 😅

      Delete
  10. Aku sendiri ga ada masalah dengan nasi kotak :D. Kalo pas event dan kemudian dapet, biasanya slalu aku makan juga mas. Bener sih, efek dari surprisenya itu yg bikin nasi kotak menarik. Kdg kita jd bertanya2, lauknya apa yaaaa :D.

    Tapiii tetep aja aku ga bisa jadiin nasi kotak sebagai makanan favorit. Krn jujur makannya susah :D. Sendok dan garpu yg dikasih biasanya plastik. Dan kdg ga kuat utk memotong lauknya :p. Apalagi kalo menunya ada yg berkuah. Ribet lgs mau nuangin di atas nasi dlm kotak. Cara yg paling sering aku lakuin, semua nasi dan lauk di kotak, aku pindahin ke piring hahahaha. Jd makannya LBH nyaman :D. Tp kalo saat itu msh berlangsung acaranya, ya bawa pulang aja. Kalo ga memungkinkan, baru aku ksh ke orang :)

    Orang2 di sekitarku, kayak suami dan mantan bosku dulu, itu tipe yg ga mau diksh nasi kotak. Semewah apapun kotak dan isinya, tetep aja mereka bakal nolak. Alasannya, lebih karena ga nyaman makan dengan kotakan. Mirip dgn alasanku, tp setidaknya aku msh mau memindahkan isi lauk dan nasi ke piring :D. Mereka ga mau blasss . Makanya dulu tiap ada acara di kantor, bos slalu wanti2 aku, jgn kotakan. Bikin ala buffet :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baru tau sih ada orang yang makan nasi kotak harus dipindah ke piring dulu 😅

      Delete
  11. kalau mendengar nasi kotak, yang langsung muncul dibenakku adalah isinya nasi kuning
    karena hampir sebagian besar kalau dapat nasi kotak, ya nasi kuning tadi dengan beragam sandingannya
    setuju kalau nasi kotak bisa menjadi media "penyetara" dengan orang lain, kadang ada acara sama temen, tuker tukeran nasi dan syaratnya nasi harus ditaruh di dalam kotak yang sama. biar nggak ada pembeda gitu, mau kotaknya besar atau kecil, kadang orang berpikir kalau wadah kotaknya gede pasti isinya wow

    ReplyDelete
  12. Saya juga penyuka nasi kotak. Karena sekarang udah nggak ikutan acara, jadi cuma ngandelin tetangga yang aqiqah, hahaha.

    Kalau di Jawa namanya 'sega berkat'. Ada banyak cerita di dalamnya. Bahkan makanannya pun kadang ada artinya.

    Iya, bener. Efek kejutnya itu yang bikin penasaran isinya apa aja.

    Tulisannya bagus banget, Mas. Jadi teringat masa kecil.😊

    ReplyDelete
  13. Nasi kotak itu, saya jg suka. Selain krn gratis, ada "keberkahan" jugaa di sana. Hahaha. Biasanya, kan. Dapat tuh Nasi kotak dari acara hajatan, atau Yasinan, Tahlil n pengajian. Kurang berkah apa coba 😀

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.