Bisa dibilang, saya sangat sulit dalam berlari. Saya gampang capek diantara teman laki-laki yang lain. Saya punya cerita yang setidaknya bisa menyimpulkan hal tersebut tanpa sekadar mengurangi esensi dari argumen saya.
Seperti argumen saya diatas, itu adalah saya, yang sulit dalam berlari. Dalam
praktek olahraga sekolah, biasanya ada dua cabang olahraga lari pengambilan
nilai. Yang pertama lari jarak pendek 100 meter dan yang kedua lari jarak jauh
memutari lapangan dekat sekolah sebanyak tujuh putaran untuk lak-laki dan lima
putaran untuk perempuan.
Dari kedua aspek tersebut, saya payah dalam keduanya. Misalnya saat lari jarak pendek, saya biasanya berlawanan dengan teman yang cukup mahir dalam berlari. Sekalipun saya berusaha untuk menambah kecepatan lari, saya hanya bisa juara dua dari belakang. Itupun mesti menanggung resiko kaki yang blas karena mesti buka sepatu agar kecepatan lari jadi bertambah.
Beda halnya dengan lari jarak jauh. Biasanya, akan dibagi menjadi dua
gelombang. Gelombang laki-laki dan gelombang perempuan. Biasanya laki-laki
dapat jatah lari lebih dulu, sehingga perempuan bisa menonton sambil memberi
semangat atau mengejek yang sudah ketinggalan jauh. Atau mereka biasanya akan
membantu guru olahraga dalam menghitung jumlah putaran setiap laki-laki.
Semua laki-laki akan dikumpulkan pada satu titik garis start. Kemudian guru olahraga memberi aba-aba untuk mulai berlari memutari lapangan. Siapa yang paling cepat mendapat 7 putaran, nilainya akan bagus dari yang lain. Meskipun terlihat biasa saja, tapi saya cukup payah dan cenderung gampang capek.
Pada tiga putaran pertama, saya akan mulai ngos-ngosan. Dan mulai mengambil
langkah jalan saat jauh dari jangkauan guru olahraga untuk kemudian mulai
berlari lagi setelah dekat dari jangkauan guru olahraga tersebut.
Begitulah kira-kira hal yang menggambarkan kepayahan saya. Saya tidak pernah bisa benar-benar mendapat lima kali putaran lapangan dalam keadaan terus berlari. Pasti dan selalu, pada tiga putaran pertama saya akan mulai kecapekan dan berakhir dengan jalan, setelahnya mood lari kendur melihat teman-teman yang lain sudah mencapai tujuh putaran.
Saya kemudian bertekad untuk belajar lari. Saya bangun pagi hanya untuk jogging mendapatkan lima putaran itu. Saya kegirangan saat pertama kali berhasil meski dengan ngos-ngosan. Hari berikutnya, saya memaksa diri saya mendapat setidaknya enam putaran. Berhasil. Begitu terus hingga akhirnya lima putaran tersebut menjadi standar yang ringan.
Belakangan ini, saya mulai mempunyai target baru. Target itu adalah 5 KM pertama. Kalau dikalkulasi, lima putaran yang sering saya jadikan standar itu kurang lebih 2,5 kilometer. Artinya, saya butuh 10-12 putaran untuk bisa dapat 5 kilometer.
Karena satu dan lain hal, saya sudah tidak pernah lagi lari di lapangan yang sering saya tempati. Saya sekarang memilih lari di pinggir jalan saat pagi-pagi buta sebelum jalanan dipenuhi kendaraan. Perhitungan saya adalah, kalau saya mau dapat 5 kilometer, maka saya mesti lari dari titik rumah sampai ke titik tertentu sebanyak 2,5 kilometer sehingga jika dihitung jarak pulang-pergi sudah mencapai 5 kilometer.
Itu adalah 22 Oktober 2020 ketika saya bangun pagi-pagi sekali untuk mendapat 5 kilometer pertama. Saya keluar dari kompleks perumahan menuju ke jalan poros yang masih sepi dan sejuk. Kemudian memasang earphone yang memutar podcast, dan mulai menjalankan aplikasi pengecek target lari. Setiap 1 kilometer, aplikasinya akan menginfokan. Jadi tidak perlu repot-repot ngecek hape.
Hari itu, adalah hari yang bersejarah. Sebab hari itulah saya pertama kali mendapatkan rekor 5 kilometer tercatat. Dengan durasi lari sekitar 55 menitan. Saya tidak pernah menyangka bisa memecahkan rekor untuk dan dari diri saya sendiri. Tidak kencang memang, tapi sesuai ritme lari yang saya bisa.Tulisan ini adalah draf tahun 2020 dari segmen Perjalanan Menjadi Ji Chang-wook. Jadwal olahraga untuk tahun 2021 mulai kendur. Setelah ngedit dan publish tulisan ini, semoga jadi ada semangat baru.
Semangat untuk olahraga rutinnya bang!
ReplyDeleteSaya juga sulit dalam olahraga bang, cuma kalau untuk lari stamina saya emang payah, walaupun emang larinya cukup kencang dibantu dengan kaki yang panjang hahaha
kupikir yang dipoto itu bang rahul :))
Makanya, kalo jogging saya agak malas bawa teman karena ritme lari kami pasti berbeda. Kalo untuk seru-seruan mungkin bisalah. Terimakasih nas Andie. Itu foto Ji Chang-wook mas, simbolik untuk segmen khusus blog saya. Ha ha ha
DeleteWah udah hebat itu bisa lari 5KM. Sedikit saran aja, mas, biasanya untuk lari jarak jauh kecepatan dibikin stabil aja. Pelan tapi pasti gitu. Soalnya kalo terus terusan ngebut malah jadi cepet capeknya.
ReplyDeleteCerita di atas mengingatkan saya kepada pelajaran olahraga yang ada di sekolah dulu. Dan memang seperti itu selalu alur cerita untuk mendapatkan nilainya. Kayaknya kebanyakan sekolah sama ya
Terimakasih sarannya mas Dede. Kebetulan ritme lari saya memang ngga cepat. Jadi lari jarak panjang maupun pendek pasti tetap dibawah rata-rata.
DeleteIya mas, kayaknya memang sistemnya sama dan dan dipukul rata
Wanjeer chi jang wook gak looh!
ReplyDeleteUrusan olahraga tuh sebenarnya bukan perkara lebih jauh, lebih berat, atau lebih lama. Tapi tentang gimna kita konsisten aja. Itu yang paling penting
Itu kayak simbolik untuk segmen ini mas Don. Ha ha ha.
DeleteNah, kadang saya juga mikir seperti itu. Kayaknya besok aja, tapi mesti latihan berat. Tapi konsepnya tidak seperti itu
Aku juga paling nggak kuat untuk lari 😂 aku ingat masa-masa dimana pelajaran olahraga diminta untuk lari keliling komplek sebanyak 2/3x, baru setengah keliling pertama, aku udah ngos-ngosan banget 😂. Pelajaran olahraga nggak pernah jadi teman baikku selama aku sekolah, makanya pas bisa kuliah tuh hepi banget karena nggak ada pelajaran olahraga 🤣
ReplyDeleteAku ikut bangga dengan Rahul karena akhirnya bisa menang melawan si Lari 🤭 akhirnyaaa, Rahul bisa lari, bahkan tembus 5 KM 👏🏻 keren kerennn. Semangat terus dalam perjalanan Rahul menuju Rahul Wookie 😁. Semoga tahun ini bisa tembus 10 KM atau 5KM dalam 30 menit 😁👍🏻💪🏻
Nah, seperti kata mas Doni, mungkin kak Lia pas start-nya langsung maksa cepat. Jadi tenaganya cepat abis. Atau bisa juga karena pemanasannya yang kurang.
DeleteAamiin. Terimakasih doanya kak Lia. Meskipun ini tulisan lama, jadi semangat baru juga untuk saya sendiri
WOOOOW COOL! Selamat mas Rahul, finally bisa melawan diri sendiri dan berhasil menyelesaikan 5km pertama, hehehehehe, ikutan senang bacanya 😂
ReplyDeleteSaya jadi ingat jaman sekolah, ada tes lari persis yang mas Rahul jabarkan. Di mana kami para wanita harus berlari 5 lingkaran lapangan bola. Well, awal-awal semangat, masuk putaran ke dua, lingkarannya jadi lebih mengecil dan mengecil alias kami semakin ke tengah 🤪 Wk.
Semoga nanti kalau ada Marathon, mas Rahul bisa ikutan dan dapat medali, ya 😍
Terimakasih kak Eno, meskipun ini draf tulisan lama, tapi semangat saya jadi makin kepacu lagi.
DeleteMakin mengecil biar larinya bisa cepat dapat lima putaran yah? Ha ha ha. Mungkin kak Eno sama dengan kak Lia, pas startnya tenaganya habis karena langsung dipaksa kencang.
Wah, sampai dapat medali sih bukan impian saya. Tapi kayaknya lari maraton seru juga
yeayyyyy ikutan seneng akutuh, akhirnya berhasil juga ya
ReplyDeletejadi inget waktu SD dulu, aku rasa ujian lari paling menyiksa waktu sekolah adalah ketika SD, untuk ukuran anak kelas 6 waktu itu, jarak yang aku lalui juuaauhh banget waktu itu.Untungnya ga pingsan hahaha
pas udah kerja dan jarang olahraga akhirnya memilih lari lari kecil buat buang keringat dan sampai terbentuklah komunitas lari malam di Jember sini. Jadi lari ukuran 5 kilo yang awalnya berat, sekarang kayak enteng, tapi buat aku tetep berat hahaha. Kalo udah dateng ke latihan lari, aku cuma pasrah, karena kebanyakan cowok dan mereka aku akui luar biasa kemampuannya, 10 kilo buat mereka kecil.
dan kalau pas aku dateng, dan kebetulan rute malam itu adalah 10 kilo, aku cuma pasrah hahaha
next kapan kapan kita lari 10 kilo yuk, etapi kapan aku ke Kendari ya :D
Ditunggy kedatangannya ke Kendari kak Ainun biar bisa lari bareng. Ha ha ha.
DeleteSayapun kalo masalah tempo lari juga terbilang lambat, kalo menyesuaikan lari normal, paling cuma dapat 2-3 KM. Heran saya orang yang bisa lari lama tapi temponya juga cepat
HAAAA JADI PINGIN LARI LAGI HABIS BACA INI. T_____T
ReplyDeleteOh iya mas Rahul kakinya termasuk yang flat foot nggak? Konon katanya, orang-orang dengan telapak kaki flat (semua permukaan telapak kaki nempel ke tanah, nggak ada jaraknya) lebih mudah capek kalau lari.
Ayok lari kak Endah, sayapun pengen lari lagi tapi kalo sore bawaannya ngantuk terus. Ha ha ha.
DeleteKayaknya saya bukan tipe flat foot kak Endah, tapi memang dasarnya cepat capek aja. Makanya nyesuaiin ritme dengan kondisi diri sendiri