Sore
menuju malam dari dalam kamar Arsya, suasana tidak begitu berubah. Arsya masih
merangkul tubuh pacarnya, entahlah, karena ia anggap begitu. Wajahnya dingin
dengan tatapan kosong mirip psiko. Arsya memeluk pacarnya dengan erat,
seakan-akan itu adalah pelukan perpisahan. Di tangan kirinya dia memegang tisu
yang sudah basah akibat ingus. Setelah capek, ia lalu berbaring sejenak. Lalu
memeluk guling, dengan itu, pandangannya mengarah ke hape. Ia lalu mengambil
hape itu dan dengan satu hentakan ia membantingnya ke lantai. Pecah. Seperti
sebelumnya.
Air
mata mulai keluar lagi, ia kembali menangis. Tangisan tidak keras, ia hanya
meringis seperti orang kesakitan. Posisinya sekarang adalah kaki di lekuk lalu
rangkul, sekarang, ia mirip pecandu. Ia seperti orang yang tidak pantas hidup.
Segala apa yang membuat orang bahagia seakan-akan di rampas darinya. Tangisnya
kembali berubah menjadi senyum, lalu ketawa. Hape yang sudah pecah dibagian
layar, ia ambil dan taruh kembali. Sejenak ia melihat foto seseorang. Temannya,
namanya, Nisa.
Sebulan
sebelum kelulusannya di SMA, ia banyak menghabiskan waktu bersama orang bersama
orang bernama Nisa. Nisa adalah cewek sekelasnya. Parasnya beda dari yang lain,
bagi Arsya. Menurut Arsya, Nisa itu adalah orang yang membuat kopi kalah untuk membuat mata melek. Nisa duduk dibagian bangku
kedua, tepat di belakang Arsya. Jadi, dari depan, Arsya selalu mencuri pandang.
Meski hanya berpura-pura meminjam tipe-x atau catatan. Padahal ia hanya ingin
berbalik melihat Nisa. Tatkala Arsya berbalik, ia selalu berbagi senyum ke
Arsya. Itulah yang membuat Arsya geer.
Nisa
adalah alasan Arsya untuk datang pagi-pagi sekali ke sekolah. Datang lebih
rajin kesekolah. Selain daripada itu, malam dimana Arsya memegang hape
Blackberry-nya, ia menimbang-nimbang, topic awalah apa yang bagus untuk memulai
percakapan. Kemarin ia sudah mencoba menanyakan pr, lalu di iringi obrolan
tanya-jawab pribadi. Malam itu, Arsya, tanpa topic pembuka, ia mengawali semua
dengan PING!!! tiga kali. Seperti biasa, sambil menunggu balasan, Arsya
meredupkan layar hapenya lalu menaruhnya sambil tengkurap. Tidak lama setelah
itu, balasan pun muncul, Arsya membuka, isinya,”Iyaa”
Arsya
kemudian lompat sambil menggigit bantal guling. Lalu ia sadar hampir gila.
Obrolan
disambung dengan menanyakan pekerjaan apa yang sedang ia lakukan, lalu menuju
pertanyaan sudah makan apa belum. Pertanyaan-pertanyaan itu sangat basi. Tapi
bagi Arsya, ngga ada cara lain, men. Pertanyaan yang sama, ia tanyakan setiap
malam, kecuali satu pertanyaan malam itu. Arsya mengumpulkan keberanian
mengetik. Ia memulai dengan perlahan, lalu ia melihat layar hape dan menekan send.
Ia
menutup kepala memakai bantal.
Bunyi
balasan menyegerakan Arsya meraih hapenya. Ia membuka, membaca perlahan. Lalu
dengan senyum menyeringai sangat-sangat menyeringai seketika berubah menjadi
pupus. Ia mengetik kembali. Lalu tidur.
Beberapa
minggu setelah itu, Nisa berulang tahun. Arsya akhirnya memutuskan
meng-hadiahkan kado Teddy Tear ke Nisa. Salah satu boneka yang Nisa suka.
Ditemani Iran, teman Nisa, Arsya akhirnya membawa pulang boneka Teddy Bear coklat.
Banyak sekali boneka Teddy Bear, tapi yang Arsya pilih dengan saran dari Iran,
ia memilih boneka itu.
Boneka
itu telah sampai ke tangan nisa disaat malam Arsya mendapati BBM Nisa yang
isinya terima kasih. Arsya senang karena 1) tumben ia di BBM duluan dan 2) ia
senang mendapati orang yang ia sayang senang. Apalagi Arsya tahu, 3) Nisa suka
Boneka itu.
Tidak
terasa, kelulusan SMA sangat tidak terasa. Itu membuat Arsya dan teman lainnya
sangat menghargai waktu bersama. Arsya and the geng selalu makan setelah pulang
sekolah di bakso favorit mereka. Setelah semua perkara sekolah selesai, mereka
jarang bertemu. Terutama Arsya dan Nisa. Awal-awal Arsya merasa normal. Setelah
pengumuman dan prom Arsya baru merasakan kehilangan sesungguhnya. Liburnya
hanya diisi menyendiri di kamar. Ia melanjutkan kuliah dengan hati yang
terjebak masa lalu. Ia seperti tengkorak hidup. Ia lalu pergi ke tempat dimana
ia membeli boneka Teddy Bear itu, lalu membeli lagi mirip. Ia namakan boneka
itu Nisa. Boneka yang ia anggap pacar. Ia sekarang menghabiskan waktunya
dikamar 3 x 3 bersama boneka yang ia anggap pacar bernama Nisa. Ia kini
disangka psiko karenanya.
Kasihan ya Arsya, cintanya pada Nisa sepertinya sudah mencapai batas overdosis sehingga gara-gara terpisah setelah lulus SMA Arsya sampai sebegitunya. Get well soon Arsya.
ReplyDeleteOh iya, ada beberapa bagian yang typo dan penggunaan kata 'di' untuk kata depan dan imbuhan yang salah tempat. Ngakak pas baca kata 'Teddy Tear' xD. Ada juga beberapa kata yang kurang efektif menurutku, sudah ditulis tapi ditulis lagi :v
ehhh ini cerita beneran kan, terharu gua ngebacanya.......hikz.....hikz
ReplyDeletesampe segitunya, berpisah dgn doi karena lulus SMA, menggunakan boneka sebagai sosok pengganti, sedihkan?
btw, gua jadi keinget film kocak lo yang openingnnya boti malem malem, ooo iya namanya "SANDERA"......hehe meluncurr
Wah, bahaya tuh kalo depresi gara-gara berpisah sehabis sekolab usai. Kasian juga ya si Arsya jadi galau akut begitu.
ReplyDeleteAku kirain arsya itu ceweknya diawal tadi ternyata nisa yg cewek yaa...semoga ini hanyalah cerita fiksi, dan kalaupun nyata semoga arsya kembali mengingat bahwa Tuhan selalu ada untuknya mengadu.
ReplyDelete