zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Sebuah Usaha Mempermalukan Diri


Ini adalah sekumpulan cerita memalukan yang gue alami. Ada karena cerita horor sampai dinajisin cewek. Untuk mengefesien waktu, silahkan di baca satu per satu ceritanya.

CERITA 1 - PENASARAN YANG BERAKIBAT FATAL

Gue adalah orang yang paling takut dengan cerita yang berbau horor sampai mistik. Dari kecil, setiap orang tua gue ngobrol tentang berbau horor, gue ikut nimbrung dengar karena penasaran. Malamnya gue ngga bisa tidur, dan berakhir ketok-ketok kamar orang tua untuk tidur bareng. Yah, sedikit tidak wajar untuk seorang laki-laki tulen, disuatu malam mengetok kamar orang tuanya untuk tidur bareng.

Hal serupa terjadi, ketika gue nonton film hantu. Sebelum nonton, Mama biasa sudah melarang keras untuk nonton. Gue tetap ngotot karena nontonnya siang-siang. Malamnya, hal serupa terjadi.

Entah kenapa, cerita horor sangat menarik untuk dinikmati, tapi tidak menarik untuk dikhayalkan. Jujur, gue orangnya penakut. Tapi kalo masalah nonton atau dengar cerita horor, gue bisa tahan. Efeknya setelah sore berganti malam, ketika semua orang memutuskan untuk tidur, barulah efek dari nonton dan dengar cerita horor bermula. Awalnya, gue akan parno. Gue akan melihat sekeliling kamar. Benda-benda yang biasanya tidak gue perhatikan akan gue pelototi. Pikiran bahwa benda itu akan bergerak atau menghilang sering terngiang-ngiang di kepala gue. Dengan sebuah dorongan, gue akhirnya memberanikan diri.

Memberanikan diri ke kamar Mama.

Sampai sekarang, gue masih seperti itu. Engg, biar gue luruskan. Maksudnya, gue masih suka nonton horor, suka nimbrung kalo ada orang dengar cerita horor. Tanpa ke kamar Mama lagi mengingat umur yang sudah bangkotan. Sekarang, lebih baik gue kencing di celana daripada harus ngetok kamar Mama lagi. Awkward abis sih, kalo sampai itu terjadi.

CERITA 2 - KARENA CERITA SETITIK, RUSAK TIDUR SATU MALAM

Suatu waktu, saat gue tinggal di kamar rumah om gue. Jadi, ceritanya, rumah om gue itu punya kamar lebih, dan waktu itu rumah gue belum di renovasi. Karena rumah gue dan om gue jaraknya sebelahan, gue mencetuskan ide untuk tidur di situ. Walaupun kalau makan masih di rumah. Kalo istirahat, kadang masih di rumah juga.

Nah, waktu itu gue masih kelas 1 SMA. Sama teman, gue kerja tugas kelompok. Waktu itu tugasnya buat kue gitu, lalu di jual dan kita di suruh ngitung modal dan untungnya. Gue sempat buat videonya di channel YouTube gue.

Kami kumpulnya dari jam 2 pulang sekolah. Sebenarnya, kerjanya di rumah teman gue yang cewek. Tepatnyanya di depan rumah gue. Tapi, karena bahan dan alat belum lengkap, kita diskusinya di kamar gue. Setelah diskusi, kami beli bahan dan alat. Setelah bahan dan alat siap, tidak butuh waktu lama, puding sudah jadi. Yang cewek numpang ngadem di kamar gue. Tugas menjual puding, diserahkan ke gue dan Sahir, teman gue.

Karena dijualnya di keluarga Sahir, pudingnya langsung habis. Kami kembali, pergi ke kamar gue untuk nyetor uang hasil. Mereka ngitung-ngitung, lalu bersiap-siap untuk pulang.

Nah, ini.

Sebelum pulang, salah satu teman gue, yang cewek bilang gini.

"Sendirimu tidurkah Rahul?"

Gue mengangguk.

Tidak ada respon, gue parno. Gue berusaha menanyakan apa yang salah dengan tidur sendiri. Jomblo juga punya hak untuk tenang, lepaskan kami. Gue punya guling, yang setiap malam ngga marah jika gue peluk, ngga marah jika jatuh dari tempat tidur. Lalu, teman gue menjelaskan.

"Ada yang lain dikamarmu. Perempuan. Dia intip-intip tadi kita cerita."

Gue melongo. Gara-gara cerita sesimpel itu, gue sukses ngga tidur sampai pagi.
 
CERITA 3 - LOMPAT JAUH TAK SEINDAH LANDINGNYA

Berbeda dari dua cerita diatas, tepatnya waktu gue kelas 3 SMP. Waktu itu, lagi pelajaran olahraga, materinya lompat jauh. Gue bareng teman cowok ganti pakaian di kelas dengan jumawa, seakan-akan badan kami bagus semua. Yang cewek ganti pakaian di kamar mandi. Setelah ganti pakaian, kami pergi ke lapangan menerima instruksi guru olahraga.

Sama guru olahraga, kita diajak ke belakang sekolah, tempat untuk lompat jauh. Ada sepetak tanah yang akan kita lompati. Sudah di beri garis dan macam-macam peraturan yang ada disitu. Yang cewek-cewek merespon dengan kepanikan. Yang cowok, dengan tampang sok cool memasang gaya, seakan bisa melewati praktek itu dengan mudah.

Dari fisik memang sudah jelas, laki-laki lebih kuat dari perempuan. Jadi, jarak antar lompat laki-laki dan perempuan itu beda. Guru mengabsen nama, mengurutkan dari yang laki-laki terlebih dahulu. Teman pertama maju, lompat, dapat nilai. Teman dua maju, lompat, dapat nilai. Rata-rata teman yang melompat hasilnya bagus, kecuali beberapa yang memang, ehm.

Tibalah giliran gue, beberapa teman cewek dan cowok menyorak seakan-akan gue akan memberikan sesuatu yang mengejutkan. Karena gue naksir salah satu dari teman kelas gue, tingkat stamina yang gue punya bertambah. Jantung gue berdetak hebat. Gue mulai berdiri, bersiap ke tempat dan mengambil ancang-ancang. Pas hitungan ke tiga, gue mulai lari, dari ember yang di jadikan garis, gue lompat. Tidak ada yang salah dengan lompatan gue, lalu semua bergerak slowmo. Seakan-akan menunggu apa yang akan terjadi. Saat gue mau mendarat, gue sudah hampir menyentuh tanah.

Krekk.

Gue salah landing. Kaki gue terkilir.


Gue menjerit, seakan pemain bola yang baru kena tackling. Semua berkumpul melihat gue, termasuk orang-orang yang berada disitu. Karena UKS di depan situ, gue langsung dibopong. Sama seorang guru, kaki gue dikompres es batu. Gue melanjutkan setelah mendengar penjelasan dari guru itu.

"Pasti bengkak ini," kata Pak Guru."Harus diurut."

Keinginan untuk mencoba keren pudar sudah. Hanya malu yang tersisa. Gue seperti Dre Parker dalam film The Karate Kids. Bedanya, Dre bonyok karena di pukul Cheng,  kalo gue bonyok karena salah mendarat.

CERITA 4 - SOK BERANI PANGKAL JERIT-JERIT

Nah, ini kejadian baru-baru terjadi. Lumayan mirip dengan kasus cerita pertama. Hari Kamis, sekolah gue diliburkan karena anak dari salah satu guru gue meninggal dunia. Gue turut prihatin, karena guru itu juga ngajar gue. Nah, karena pulang cepat, gue berencana nonton Pengabdi Setan-nya Joko Anwar yang waktu itu sudah main hari pertama.

Gue excited banget, soalnya Joko Anwar, salah satu sutradara favorit gue. Karena sudah nonton versi klasik, rasa penasaran jadi bertambah. Apalagi liat trailernya yang menjanjikan. Sore itu juga gue berangkat. Gue ke mba-mba kasir, beli tiket.

"Nonton apa dek?"

"Pengabdi Setan."

"Jam berapa?"

"Sekarang ada?"

"Sudah main 10 menit."

"Yang diatasnya?"

"Jam 5."

"Oke, satu mba."

Gue memilih tempat duduk, dan tiket gue sudah gue pegang.

"Tapi, film hanya bisa diputar maksimal 5 orang yah."

"Sip."

Tiba jam 5, gue kembali ke Hollywood. Awalnya, gue memang mau ngajak teman, tapi kebanyakan lagi alasan. Jadilah gue pergi sendiri. Gue datang, lalu liat nanya ke mba-mba tiket.

"Mba, filmnya belum main?"

"Belum, batasnya 5 orang yah."

Gue mengangguk. Lalu mencari tempat duduk untuk menunggu 4 orang lainnya yang akan mengisi agar film bisa diputar. Terkutuk kalian, yang nonton di Cinemaxx agar bisa liat-liat cewek doang. Sebelum jam 5, beberapa orang datang, memesan tiket. Yang gue tahu, akhirnya film bisa diputar.
Mba-mba tiket lewat walki talkie menghubungi temannya untuk segera membuka studio.

Gue masuk bersama yang lain. Kursi yang gue pilih paling atas, dengan 3 orang cewek di bilik kiri. 2 orang pacaran dan 1 orang dengan popcorn-nya di bilik kanan. Sebelum film dimulai, diisi lagi oleh beberapa orang. Hingga, kalo gue ngga salah hitung, cuma ada 11 orang, dengan mba-mba tiket yang ikutan nonton.

Dari cerita pertama kalian akan tahu yang akan terjadi. Sepanjang film, gue jerit-jerit. Udah filmnya seram nan mencekam, sendiri pula. Memang agak enak sih, berasa bebas gitu, ngga dengar orang spoiler, ngga liat orang rese. Tapi, dalam genre horor dan nonton sendirian adalah kombinasi yang salah. Beberapa adegan yang ngga bikin gue takut, tapi karena 3 perempuan alay itu berteriak histeris, gue kaget lalu menyambut dengan berteriak histeris juga.

Sepulang dari nonton, di perjalanan sambil bawa motor, gue mikir,"Gue kok secemen itu, yah?"

CERITA 5 - PANGGILAN SAYANG GEBETAN PERTAMA

Bermula pada saat gue SD. Virus Blink dan 7 Icons merambah ke cewek-cewek, terutama teman kelas cewek gue. Kalo kelas lagi kosong, mereka dengan salah satu hape dari mereka, memutar lagu Blink atau 7 Icons dan berjoget bersama-sama. Cowok-cowok ngga mau komplen, karena sudah tau dari masa itu, cewek-cewek selalu benar. Kami ambil sisi baiknya, bisa liat mereka joget-joget adalah hiburan.



Lirik seperti

Dag dig dug hatiku..
Dag dig dug hatiku.. 
Cintaku bersemi diputih abu-abu..

atau

Ngga, ngga, ngga kuat..
Aku ngga kuat, sama playboy.. playboy..

adalah makanan kami, cowok-cowok setiap hari.

Sama sekolah sebelah, teman kelas cewek kami tanding dance gitu. Biasanya, kami para cowok akan tanding sepak bola sama sekolah sebelah. Sekarang, yang cewek mulai beraksi. Mereka juga ingin bersaing, dalam hobi yang mereka juga sukai.

Pada suatu hari, battle dance di mulai. Lagu demi lagu di pertandingkan. Kami yang cowok membentuk lingkaran dan bersorak untuk sekolah masing-masing. Lalu, salah satu cewek dari sekolah sebelah gue taksir saat itu juga. Sebut saja namanya Febby.

Lewat teman, gue akhirnya dapat nama Facebook-nya. Dengan nama alay, dulu terlihat sangat kekinian. Seakan-akan tanpa nama alay di Facebook, lo ngga bakalan kekinian.

Gue tambahkan dia sebagai teman, di konfirmasi sehari kemudian.

Gue mulai chat, dengan sapaan:

Hai. Send.

Tahu pesan terkirim, gue frustasi.

Lalu, terlihat Febby mulai mengetik pesan. Gue menaruh hape dengan layar terbalik. Dan beberapa saat, sebuah pesan masuk.

"Hai." balasnya.

Dari situ, chat gue sama si Febby berjalan lancar. Gue makin akrab sama Febby, dan seluruh apa yang gue alami, gue cerita sama teman cowok gue dengan kerennya. Ada yang cuma jadi pendengar, ada yang memberi saran, ada juga yang cuma komen: pertamax dan nice share.

Anehnya, akrab di sebuah chat, ngga membuat gue akrab di sekolah. Memang, sekolah kami beda. Tapi, lingkungan sekolah kami sama, satu lingkungan. Entah kenapa, nama sekolah seakan menghalang dua sejoli ini.

Gue mulai pasrah, walaupun ngga akrab di sekolah, seenggaknya gue akrab di chat. Tiap hari gue chat dia lewat Facebook. Kalo dia lagi on, pasti dia balas. Kadang-kadang juga ngilang bentar, lalu kembali dengan alasan bantu Mama atau lagi makan.

Tibalah waktunya, gue merasa pede untuk nembak.

Kamu mau jadi pacarku? Send.

Hape ingin gue lempar. Lalu, gue sadar, sebuah tanda read telah tertera.

Dia sudah membaca, lalu mengetik, lalu berhenti mengetik, lalu mengetik lagi. Seakan ragu dengan apa yang mau ia kirim. Beberapa saat, sebuah pesan nan singkat masuk.

Ih. Kamseupay..

Satu kata yang sudah menggambarkan segalanya. Seakan-akan gue sekotor itu. Setelah itu, gue sama dia sudah tidak lagi berhubungan lewat chat. Tepatnya, gue sudah di block dan friend list dia. Gue mencoba mengoreksi apa yang salah dengan diri gue. Gue ngga menemukan. Walaupun gue tahu, tampang gue emang pas-pasan untuk seorang cowok yang mencoba menjadi Bad Boy. Gue bukan Dilan, bukan juga Nathan. Tapi gue Rahul, lelaki yang pernah ditolak cintanya dengan satu kata yang pedisnya sampai ke sum-sum tulang belakang.

~*~

Cerita-cerita itu gue kumpulkan, lalu gue tulis dengan penuh duka dan tawa. Sedikit rasa duka, namun banyak ketawanya. Cerita atau film horor masih gue takuti sampai sekarang, apalagi dengan perempuan. Dengan pengalaman gue ini, gue jadi ingat kembali masa-masa; gue pernah berjuang untuk seorang cewek, pernah tidur bareng orang tua karena cerita hantu, sampai di najisin sama perempuan yang awalnya gue akrabi.

Cerita ini merupakan sebuah usaha untuk mengenang gue dulu seperti apa sampai gue sekarang seperti ini. Tidak banyak yang berubah dari gue, masih secemen ini. Masih banyak cerita-cerita memalukan seperti ini, tadinya gue mau buat jadi 7 cerita, tapi gue tahu ini bukan on the spot, dan akan terlalu panjang juga nantinya.

Gue bangga dengan apa yang gue alami. Setidaknya, gue sudah berani mendengar cerita horor meski ujung-ujungnya tidur di kamar orang tua, berani mengambil resiko lompat jauh dengan upaya agar gebetan jadi kagum walaupun berakhir tragis, berani nembak cewek pertama yang gue taksir walaupun di najisin.

Sumber  gambar: google image.

Related Posts

19 comments

  1. Untung nggak dibalesin, "Gaya lo... tingkah lo... muka lo... KAM. SE. U. PAY."

    Tenang Rahul. Nanti suatu saat dia akan unblock kamu dari pertemanan facebooknya, lalu nge-add balik! Percayalah, dia akan kembali kepadamu... untuk blokir kedua kalinya.

    ReplyDelete
  2. Cerita pertama itu sama seperti sahabatku, dia juga gitu, udah tahu takut tapi kadang suka pengen nonton, nimbrung gitu sama seperti mas Rahul..he

    Itu yang lompat tinggi kurang hati-hati aja, Mas..hehe
    Dari semua cerita diatas seru-seru, Mas, seperti nostalgia gitu ya..hehe
    Oh, ya, btw itu yang nomer 3 ko ditulis no 4, coba cek lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk lompat tinggi dan sok laki adalah kombinasi yg salah sebenarnya.

      Oke, direvisi~

      Delete
    2. Sip, aku udah lama gak olahraga lompat kaki gitu, eh, lompat tinggi ya :)

      Delete
  3. sumpah ngakak gue yang lo nonton itu. emang bener film horror itu bagus untuk di tonton tapi gak bagus untuk di bayangkan. dan film pengabdian setan itu sungguh film horror indonesia yang ngeselin.

    tapi gak tau kenapa gue suka.
    tiap abis nonton horror gue selalu berpikir, ngapain ya gue bayar mahal-mahal cuma buat ditakut-takutin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengalaman nonton dan apresiasi untuk pekarya-nya~

      Delete
    2. tapi kalau gak ada mereka, dan gak ada apresiasi dari kita hidup kita gak berwarna. kan asik tuh sebelum tidur bayangin adegan-adegan horror bentar. hitung-hitung senam jantunglah

      Delete
  4. Ternyata mempermalukan diri sendiri perlu usaha yah. Haha tp gokil juga bisa jadi unforgettable momen hehe, eh sy juga baru tahu klu cowok juga bisa sepenakut it wkwk klu cerita pertama itu persis saya juga dulu suka simak cerita2 horor tp klu lgi sendiri baru terbayang2 horornya hehe

    ReplyDelete
  5. Bentar, aku juga mau inget-inget kira-kira ada ga yah peristiwa memalukan yang aku lakukan gegara ulahku sendiri.
    ah aku ga ingat apa apa wk.

    btw itu yang nonton pengabdi setan kocak amat dah wkwk.
    aku keamren ga secemen itu wk.
    Biasanya aku ketakutan bukan saat nonton film horor tapi kalo udah nyampe rumah baru dah ketakutan,
    suka kebayang bayang gitu kalo lagi solat sendirian di kamar terus eng ing eng ada si ibu lagi ngintip di jendela :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah kalo nonton masih seru. Jerit2nya masih dibatas normal. Pas mau tidurnya itu~

      Delete
  6. lo emang cemen dan penakut. hahaha...

    mungkin lo kelamaan jomblo. coba kalo enggak jomblo, ada yang nenangin kamu saaat ketakutan.

    itu serem juga yah cerita ada cewek ngintip ngintip dari kamar lo. ih.

    haha, gue masih inget jamannya kata kotor kamseupay lagi ngehitsz.

    well, kalo lo takut liat horor dan dengert cerita horor, ya di stop lahhh.

    ReplyDelete
  7. Anjir, sinetron Putih Abu-Abu zaman gue SMK. Pernah ngikutin ceritanya karena biar bisa lihat si Febby. :3

    Itu yang nolak lu dengan bilang "Kamseupay", apakah penggemar berat Angel dan geng Lolipop?

    ReplyDelete
  8. dulu waktu SD, gue suka parno juga kalau nonton horror, apalagi kalau sendirian di kamar. Kalau sekarang, benar2 udah nggak peduli, udah kebal, ehehehk. Kasihan amat landingnya bro, bisa gue bayangkan sih situasinya..

    ReplyDelete
  9. Fix itu sakit digituin sama cewek. Turut berduka cita ya. Sebagai cowok yang sudah beberapa kali difriendzonein (walau gak pernah sampai dikamseupayin kek gitu), aku turut tau gimana sakitnya diperlakukan seperti itu. Semoga ke depannya bisa lebih bagus lagi ya bro.

    (Bukan) pertamax. Nice share.

    ReplyDelete
  10. Ihhh kamu kamseumpay, gw pengen ngakak tapi takut kualat.
    Sabar ya brooo, ehh tapi sekarang gimana kabar cewek tadii, kayaknya lo harus coba nembak langsung deh, bawa bunga, sama boneka siapatu dia nerima lo.

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.