zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Karma Pasti Ada

"Ciyeee!!!" Suara ribut seisi kelas menghiasi telinga gue secara bertubi-tubi.

Gue malu. Malu sejadi-jadinya.

Jadi ceritanya gini, hari Selasa, tepatnya tanggal 23 bulan Februari 2016 (Iya, baru-baru aja sih). Gue ke sekolah dengan jumawa. Habisnya, gue baru aja potong rambut. Potongnya sih kemarin, tapi efek pamernya masih kebawa-bawa sampai sekarang. Coba aja rambut gue potongnya keren, ini botak, tapi malah sok-sok di pamerin. Gue emang lagi suka banget dengan rambut setengah senti (baca: plontos).

Alasannya banyak sih, mulai dari bisa ngga pake sampo kalo lagi buru-buru, dimanapun kepala berasa adem (kecuali belajar matematika, fisika, dan kimia), dan tumbuhnya lama.

Setelah menyimpan tas, gue bersama teman-teman yang lain mengikuti apel pagi. Apel pagi berlangsung cepat dari biasanya. Ngga tahu apa sebabnya, mungkin guru-guru sudah capek mengoceh-ngoceh atau apalah. Setelah apel, gue dan teman-teman masuk ke kelas. Kelas gue lumayan dekat dengan halaman, jadi tinggal beberapa langkah aja langsung nyampe.

Hari itu tidak ada tanda-tanda bahaya yang akan menimpa gue. Malah gue senang, karena hari itu gue bakal memperlihatkan video parodi trailer yang gue buat beberapa hari yang lalu ke teman-teman dengan tujuan membuat malu salah satu teman gue. Gue hanya bisa senang pas melihat respon teman gue yang ketawa ngakak melihat video itu.

Pertama yang melihat cuman beberapa orang saja, karena ngakak teman gue yang over-dosis, semua pada ke bangku gue. Apaan tuh? tanya mereka, berdesak-desakan. Beruntung, orang yang mau kami bguat malu lagi keluar untuk mem-fotocopy buku paket.

Salah satu cewek yang memang juga target utama yang akan kami buat malu hanya bisa bertanya-tanya ke yang lain.

"Eh, videonya tentang apa?" Tanyanya.

Sebenarnya, dia bisa saja datang untuk melihat. Tapi gue sudah menunjukkan ekspresi menutup-nutup layar hape sambil tersenyum puas. Dia juga membalas senyum, tapi senyum kecut.

Iskar, nama target kami. Dia sudah datang dari mem-fotocopy. Setelah keluar main, gue memanggilnya pelan, dia satang dan duduk di sebelah gue. Gue mengeluarkan headset dan menyetel hape. Gue mengabanya untuk segera memasang headset. Gue memutar video itu. Dia tertawa melihat video itu. Gue kira dia yang akan paling malu. Mungkin malu, tapi ditutup-tutupi.

Setelah rencana mempermalukan telah selesai, gue sudah bersiap pulang karena sudah jam terakhir daan gurunya sudah santai. Tiba-tiba teman gue melirik lalu membuka percakapan.

"Rahul ko suka Nabilah?" tanyanya. *nama disamarkan

Gue yang sedikit mendengar, lalu bertanya kembali,"Maksudnya?" tanya gue kembali.

"Ko suka Nabilah?" tanyanya (juga) kembali.

Gue melongo.

"Tidak" kata gue spontan.

Gue heran, kenapa gue malah yang di di tuduh suka sama Nabilah. Gue ngga pernah menaruh perasaan apa-apa sama teman sekelas gue. Paling tinggi itupun sahabat.

Dia tidak menghiraukan jawaban gue,"Nabilah, Rahul da suka kau" katanya.

Seisi kelas yang mendengar langung berbalik ke gue. Hening sesaat. Gue kembali melongo. Pertanyaan bertubi-tubi di tanyakan ke gue.

"Rahul betul?" tanya salah seorang teman gue.

"Ih, ko suka Nabilah?" tanya teman yang lain.

"Saya dukung kau Rahul" kata teman sebangku Nabilah.

"CIYEEE" Teriak teman gue yang sempat gue ganggu.

Anjir. Malah jadi kayak gini. Guru yang mendengar langsung ikut-ikutan membuat gue malu. Pedis banget lagi.

"Rahul" Guru gue memanggil

"Ko suka Nabilah?" tanyanya.

"Ti.. tidak bu" kata gue.

"Ciyeee!!!" Suara ribut seisi kelas menghiasi telinga gue secara bertubi-tubi.

Gue malu. Malu sejadi-jadinya.

"Tembak saja Rahul" kata Guru gue.

"Ya Tuhan ini kah yang namanya.. KARMA" kata gue dalam hati.

Gue pengen berak di celana saat itu juga. Dalam hati gue yang paling dalam gue cuman pengen kantong doraemon. Gue pengen nge-buat mereka jadi lupa dengan semua ini. Bukan tidak mungkin kalau besok-besoknya hal ini akan di ulang lagi. Dengan Guru yang beda. Sampai semua guru di sekolah gue tau gosip tidak benar ini.

Dari kejadian ini gue belajar untuk tidak membuat orang malu. Apalagi sampai keki abis-abisan. Tuhan tidak buta dan tuli. Mungkin inilah perkara yang patut gue terima dari Tuhan. Atas kejadian ini gue sangat bersyukur karena ngga sampe berak di celana.

Related Posts

16 comments

  1. Ciieee yg suka nabilah jekateempatlapan
    Udah hul berak aja dicelana eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kan gue udah gue konfirmasi, kalo gue ngga pernah ada perasaan apapun sama teman sekelas gue.

      Wah parah nih.

      Delete
  2. Hahahaha parah diciein sekelas. btw udah jadian sm nabilah? ahahahah

    ReplyDelete
  3. jadi lu temenan sama nabilah jekatepat lapan ??? waahh bisa-bisa di mutilasi lu sob ama nabilaholic tapi emang bener temen lu yang nabilah itu yang member jekate patlapan ???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih tepatnya wota. Hehehe, bisa jadi, sih~

      Delete
    2. W...E...W puja kerang ajaibbb ululululululululululululululu

      Delete
  4. Nabilah mana nih? Nabilah Jeketi? Dan itu temen sekelas lu? Serius, Hul? :| Sumpah, gue nggak tahu apa-apa. Yang penting jangan berak di celana. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan, cuman nama samaran doang. Iya, untung aja cuma kecipirit dikit~

      Delete
  5. Nabila siapa nih? Banyak yang bertanya-tanya, Hul. Apa jangan-jangan, gurumu namanya Nabila? Jangan boker di celana, Hul. Nanti Nabila nggak mau sama lu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klarifikasi: Nabilah itu cuma nama samaran. Bukan, lah.

      Klarifikasi (lagi): gue ngga ada perasaan sama Nabilah.

      Stop it!

      Delete
  6. Gue juga pernah potong botak yang ganteng dua kali. Temen yang cewek sih sukanya ngelus - elus. Tapi temen cowoknya super kampret, dijitakin mulu kampret. Kayaknya ini yang bikin jalan pikiran gue agak geser wkwkwkkw

    ReplyDelete
  7. CIYEEE RAHUL SUKA NABILAAAA CIHEEEEEEY :p wkwkwk *ikut-ikutan wkwkwk

    ReplyDelete
  8. Nabilah itu kayal gimana emang? Kalo manis kayak nabilah jeketi udah.... sikaaattt. Hahaha didukung pula sama temen sekelas dan guru. 😂

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.